Kamis, 25 Juli 2013

Lovely Fathma

Namanya Fathma . Warga negara Afghanistan.
Ketika pertama kali bertemu dengannya usiaku 16, dia 8 tahun .

fathma

Selama beberapa bulan dia tinggal di sebelah rumahku. Sebenarnya itu bukan rumah tinggal, tetapi sebuah villa yang memang biasa disewakan kepada orang asing. Itulah mengapa dari bangunan bercat dinding hijau tersebut aku sering mendapatkan teman baru yang kesemuanya adalah manusia-manusia yang berasal dari belahan dunia yang jauh diujung sana . Tempat-tempat yang bahkan membayangkannya saja aku belum pernah.

Biasanya orang asing yang tinggal disana adalah sebuah keluarga. Beberapa kadang memiliki anak yang sebaya denganku. Karena letak rumahku dan bangunan itu bersebelahan dan tidak ada rumah lain disekitarnya, maka mau tidak mau keluargaku akan menjadi tetangga paling dekat dengan para turis tersebut.

Suatu hari .. bangunan kosong itu memiliki penghuni lagi .

Aku tidak tahu persis berapa orang penghuni yang baru datang itu . Mereka tiba saat hari sudah gelap, waktu itu aku belum tidur, masih asyik memandang langit malam . Aku rasa perbedaan waktu Indonesia dengan negara mereka membuat mereka butuh banyak waktu untuk beradaptasi. Beristirahat sejenak satu atau dua hari.

Tepat di hari kelima sejak kedatangan mereka, saat aku sedang memberi makan Cookie dan Creamy, dua ekor hamster jenis winter white yang aku pelihara dalam sebuah aquarium berukuran lumayan besar. Seorang gadis bermata hijau dengan rambut tipis berwarna cokelat muda memandangku dari teras rumah, penasaran dengan apa yang aku lakukan.

Aku menoleh kearah gadis itu, ragu-ragu menghampiri .

"What are you doing ?" gadis itu malu-malu bertanya..

"Just feeding my pets . Hey, you are my new neighbour, right ? Where do you come from ?"

"Afghanistan. My Name is Fathma" Dia memperkenalkan diri sebelum aku meminta,, aku menyebutkan namaku tapi rupanya namaku terlalu sulit dia ucapkan sehingga terdengar lucu dan menggelikan bahkan ditelinganya sendiri.

"Puphot ? Roateh ? What kind of name is it " gadis kecil itu terkekeh, kedua ujung alisnya bertemu di tengah keningnya, tatapan mengolok . Aku dibuat malu dengan namaku sendiri untuk pertama kalinya.

"Forget it. Can you speak Indonesian ? Or Sundaneese maybe ?" Aku mulai ngaco. Ia menggeleng mantap.

"I am school at International School. It used to use English, Afghanistan and Urdu. We haven't learned Indonesian"

Selama beberapa menit kami berbincang-bincang. Aku sebenarnya kacau dalam berbicara bahasa Inggris. Grammar-ku berantakan, tenses apalagi. Jadi saat melakukan percakapan dengan Fathma, aku lebih banyak menjadi pendengar. Sesekali mengeluarkan kata-kata pamungkas. Yes or No .

Sejak saat itu ia sering datang ke rumahku.. Bahkan lebih ekstrem tiba-tiba sudah duduk manis di tempat tidurku, menungguku pulang sekolah. Ia gadis yang manis dan ramah, keluargaku sangat menyukainya. Oh ya, sejak saat itu, kami jadi sering bertukar cerita.

Hingga akhirnya ceritanya sampai pada kisah hidupnya.

Fathma,
Siapa sangka gadis berkulit pucat yang sedang asyik memainkan boneka barbie-ku sambil memamerkan gigi kelinci itu justru sedang mencari suaka ke negara-negara nun jauh di ujung benua.

Gadis itu bercerita, disuatu malam yang lumayan tenang untuk negeri yang sedang dilanda peperangan pada saat itu. Dengan mengejutkan beberapa tentara merangsek masuk ke tempat keluarganya tinggal.
Fathma masih terlalu kecil untuk paham apa yang terjadi.

Jantungnya berdegup keras, kaget karena tiba-tiba terjaga dari mimpi indahnya, yang entah apa.

Ia hanya mendengar kata-kata Taliban dari sang ibu. Mendengar kata itu saja cukup, ia sudah tahu ada yang tidak beres.

Fathma kecil berlari mengamankan Waffa, adiknya yang berusia 5 tahun. Ia membawa adiknya bersembunyi di dalam lemari pakaian .

Ia bercerita,

Afghanistan sedang dilanda peperangan saat itu. Banyak sekali tentara Taliban dan Amerika Serikat berkeliaran diluar rumahnya. Satu-dua bersembunyi dibalik reruntuhan gedung yang hancur karena bom molotov. Meskipun sudah ada larangan mengusik penduduk sipil, tidak sedikit warga yang jadi pelanduk, mati ditengah-tengah.

Ayah Fathma yang merupakan orang penting disana memutuskan untuk bertahan di tanah airnya. Nekat tinggal di tengah carut-marut kota yang sedang bergejolak.

Aku menatap wajah gadis itu. Menyimak dengan seksama kisahnya. Fathma yang melihat ekspresi tegangku semakin asyik bercerita, begitu tenang, santai. Seakan-akan kisah yang ia ceritakan adalah dongeng cinderella yang akan berakhir bahagia.

Fathma kecil mulai mendengar suara-suara gaduh dari luar lemari. Ia berharap ibunya yang terakhir kali ia temui sedang khusyuk membaca ayat suci, baik-baik saja.
Ia mengintip sedikit keluar. DOR. sebuah peluru melesat di kepala sang paman yang sedang bertahan menyembunyikan sang ayah. darah bercucuran dimana-mana. Ia melihat pamannya yang sudah terbaring lemah di seret paksa keluar. Malam itu Fathma menangis.

Waffa yang terus bertanya apa yang terjadi dibungkam mulutnya, takut keberadaannya diketahui. Fathma sendiri ketakutan, tapi ia tahu ia harus tegar menjaga adiknya. Ia memeluk hangat adik perempuannya itu, memandang mata Waffa yang berwarna cokelat muda dan berkata dalam bahasa Arab, "Jangan takut, Allah bersama kita. Kita akan baik-baik saja.."

Malam itu suara meriam memecahkan keheningan. Waffa sudah tertidur pulas ditumpukan selimut dalam lemari. Fathma melangkah perlahan,.. Mencari Ummi dan Abi.

Syukurlah, ayahnya masih hidup. Ia mengangkat tubuh kecil Fathma dan menyuruhnya berkemas. Perjalanan panjang akan dimulai.
Fathma melihat raut kesedihan di wajah ayahnya. Mereka berdua menoleh kearah bercak darah pamannya tadi yang membentuk garis panjang yang menuju keluar pintu. Jasad pamannya sudah ditarik paksa oleh tentara, tapi mereka yakin jiwanya akan ikut serta dalam perjalanan mereka.
Paman sudah berkorban, semoga Allah menempatkan ia di Surga-Nya.

Esok paginya sebelum matahari terbit, Fathma sudah diajak pergi meninggalkan rumahnya. Tujuan mereka adalah ke Australia, negara yang menyediakan perlindungan bagi warga sipil Afghanistan yang menjadi korban konflik. Ayah Fathma hanya akan mengantar sampai tujuan kemudian kembali ke medan peperangan. Maka sebelum mereka meninggalkan bangunan tempat Fathma tumbuh besar itu, mereka mengadakan salam perpisahan. Mereka tidak tahu apa yang akan terjadi. Boleh jadi ini adalah pertemuan terakhir. Keluarga kecil itu saling berpelukan. Saling berjanji mereka akan bertemu di Surga-Nya Allah.

Aku menatap wajah Fathma, tak kuat menahan air mata. Gadis itu masih tegar meneruskan kisahnya. Sesekali tertawa melihat mimik wajahku yang mendadak menyedihkan.
Fathma membuka sleting pakaian di punggungnya, memamerkan sesuatu, siapa sangka gadis yang mudah sekali tertawa itu menunjukan bekas luka besar di bagian lengan belakangnya, terkena reruntuhan gedung.
Aku yakin, luka di hatinya pasti lebih besar lagi.

Sekarang ia menjadi tetanggaku, ia dan keluarganya transit di Indonesia kemudian memilih menetap satu atau dua bulan. Selama itu, ia menjadi temanku. Teman yang tidak akan pernah ku lupakan.

Terakhir kali kami bertemu, aku memberinya kenang-kenangan sebuah kerudung berwarna merah, sebenarnya itu pemberian tanteku. Kemudian ia menukarnya dengan sebuah kartu, ia tidak memberikannya langsung kepadaku saat ia pamit karena aku belum pulang dari sekolah melainkan menitipkannya melalui ibuku.

Ketika aku membuka kartu itu, bagian dalamnya bertuliskan "Don't you ever be afraid. Allah is always beside us".

Aku menangis. Sungguh, gadis itu telah didewasakan kehidupan.




Selasa, 23 Juli 2013

dear my first love ..

February 22th, 2012 ..

Sebelumnya, saya minta maaf kalau saya mendadak menulis catatan ini, untuk kamu ..
Ya, kamu ..
Tapi rasanya semua orang harus tau, sekarang saya menyadari sepenuhnya, bahwa saya .. Sangat mencintai kamu .

Masih ingat ?

Waktu saya tidak diterima di sekolah yang saya impikan, selama seminggu lebih saya mogok makan dan mengurung diri di kamar . Waktu itu saya sakit, kamu masuk ke kamar dan langsung memeluk saya . Kamu mengusap rambut saya dan berkata bahwa saya tetap yang terbaik buat kamu . Dan kamu, ingin saya tersenyum lagi .

Masih ingat ?

Saat saya meraih juara umum di smp, kamu berdiri di hadapan saya dengan memegang sebuah kamera, mengabadikan senyuman dan kebahagiaan saya . Kamu tersenyum, dan mengatakan bahwa saya ..yang terbaik .

Masih ingat ?

Kita berlibur ke pantai dan saya tenggelam di tengah laut . Karena terkena racun cumi-cumi badan saya gatal-gatal . Padahal semua orang sedang menikmati liburannya . Di dalam bis, kamu bernyanyi untuk saya, dan saya tertidur di pelukan kamu .

Masih ingat ?

Setiap ulang tahun saya, kamu adalah orang pertama yang selalu tiba-tiba muncul di kamar saya . Dan berpesan, selalu sama .. Tetaplah jadi yang terbaik .

Masih ingat ?

Waktu kamu mengajak saya datang ke panti asuhan dan membiarkan saya bergabung bersama para yatim piatu . Kamu berpesan, jadilah yang terbaik untuk mereka suatu saat . Dan kamu, mengajarkan saya untuk menyayangi sesama .

Masih ingat ?

Kamu tidak pernah mengabulkan permintaan saya untuk datang ke tempat bermain di mall . Kamu justru mengajak saya ke toko buku dan membiarkan saya mengambil sebanyak-banyaknya . Kamu mengajarkan saya untuk selalu memilih yang lebih bermanfaat . Dan sepulang dari sana, kamu, membuat tempat bermain menyenangkan dirumah dengan menemani saya bermain game di komputer atau membuat boneka dari lilin ..

Masih ingat ?

Kamu tidak pernah mengajak saya makan di tempat yang sama . Warung kaki lima sampai resto bintang lima kita jajaki . Kamu, mengajarkan saya untuk selalu siap menerima segala suasana .

Masih ingat ?

Kamu tidak mengambilkan bunga yang tumbuh di depan rumah sekalipun saya sudah merengek . Kamu bilang bunga itu bisa saya petik dan miliki sendiri, tapi setelah itu akan kering dan mati . Atau saya bisa membiarkannya tumbuh, berkembang biak, dan dinikmati semua orang yang lewat . Kamu, mengajarkan saya untuk tidak serakah dan mementingkan diri sendiri ..

Masih ingat ?

Ketika mos sma, saya menangis tengah malam karena tidak bisa membuat topi dan kamu, malah menonton televisi . Saya marah . Tapi saya terus mencoba sampai topinya jadi, walaupun bentuknya tidak karuan . Lelah membuat saya cepat tertidur dan esok paginya, diatas meja rias .. Saya melihat sebuah topi karton merah muda yang cantik dan jauh lebih bagus dari yang saya buat tadi malam . Topi itu, kamu buat . Dan saya, dibiarkan bekerja keras untuk mendapatkan hasil sekecil apapun, dan tugasmu .. Adalah menyempurnakannya .

Masih ingat ?

Saya pernah memprotes saat kamu membelikan saya handphone monokrom saat semua teman saya justru sudah memakai handphone dengan fitur-fitur canggih dan label harga tinggi . Saya marah dan saya bilang kamu membiarkan saya tampil tidak sekeren teman-teman saya padahal saya yakin kamu mampu . Saya, kamu peluk, dan kamu bilang, semua orang akan mencintai saya, karena saya .. Sederhana .

Masih ingat ?

Kamu melarang saya memenuhi seragam smp saya dengan tinta, pilok dan warna warni tanda tangan teman saya . Saya kira kamu tidak gaul. Saya menghubungi teman saya dan menceritakan betapa saya sangat kesal dengan sikap kamu . Lalu kamu, mengajak saya kerumah tetangga dan menunjukan kepada saya sebuah senyuman haru dan gembira dari orang lain saat kamu memberikan semua seragam saya yang sudah dilipat rapi dan bersih kepada tetangga saya itu .

Masih ingat ?

Kamu selalu melarang saya menginap dirumah teman saya . Saya kira kamu over protektif . Tapi suatu hari saya mengerti, saat kamu bilang kamu rasanya tidak bisa, saat melihat ke kasur saya, dan saya tidak ada disana . Kamu, hanya ingin memastikan, saya tidur dengan nyenyak .

Masih ingat ?

Kelulusan smp, saya mengalami syndrome minder . Kamu tahu, saya tidak pede dengan make up dan kebaya . Dan kamu, adalah satu-satunya yang meyakinkan saya, kamu bilang .. Saya merasa tidak cantik, karena setiap pagi bercermin dan sudah biasa melihat wajah yang lebih cantik daripada balutan kulit yang di tutup dengan berbagai kosmetik ini . Dan kamu, membuat saya, merasa cantik .

Masih ingat ?

Kita pernah punya pembantu yang biasa mengurusi semua pekerjaan rumah, kamu memberinya kamar, makan dan pakaian . Dan saya, kamu marahi waktu saya memarahi dia karena tidak memisahkan sambal di bubur saya . Saya pikir kamu tidak adil , tapi saya sekarang tahu, kamu mengajarkan saya untuk memanusiakan manusia .

Masih ingat ?

Kamu menyuruh saya menyalami dan mencium tangan seorang penjual pisang yang sudah renta, kamu pun melakukan hal yang sama, lalu membeli beberapa sisir pisang yang ia jual . Seperginya tukang pisang itu kamu berkata, dia guru ngaji saya . Dan sekali lagi, kamu mengajarkan saya untuk selalu mengingat jasa dan kebaikan orang lain dengan cara tetap menghormatinya setinggi apapun pangkat dan kedudukan kita di dunia .

Masih ingat ?

Kamu tidak pernah membela saya waktu saya berkelahi dengan teman saya . Saya kira kamu tidak peduli, tapi rupanya kamu sedang mengajarkan saya untuk tidak membela permusuhan ..

Masih ingat ?

Saat saya bilang saya merasa bodoh karena sering mengikuti kelas remedial eksak . Kamu, saya peluk . Dan kening saya, kamu cium . Kamu bilang .. Setiap orang punya jatah gagal yang sama, dan orang yang berhasil adalah orang yang mencoba menghabiskan jatah gagalnya dengan terus mencoba .

Masih ingat ?

Saya pernah jatuh dari sepeda, dan kamu hanya memperhatikan saya dari jauh . Kamu tidak menghampiri saya sampai saya akhirnya bangun sendiri sambil menangis . Saya mengangkat sepeda saya dan berjalan dengan lutut yang berdarah . Saat saya berada dekat dengan kamu, kamu mengangkat tubuh saya, dan kamu bilang kamu tahu, saya kuat .


Masih ingat ?

Waktu kamu sakit, saya tidak bisa bermain karena menjaga kamu . Kamu memaksa saya tidak meninggalkan kamu . Kamu bilang kamu ingin sembuh . Karena kamu takut mati . Kamu tidak mau saya kehilangan kamu dan kamu kehilangan saya . Kamu tahu, tak ada yang bisa mencintai saya setulus dan semurni cinta kamu, untuk saya .

Teruntuk cinta pertamaku, mutiaraku, jiwa dan ragaku .

Cinta pada pandangan pertamaku, Ibunda Lilis Kurniati Nilawidyanti .

Ratih Puspita Octavia 2 bulan


Terima kasih sudah menjadi mama yang sempurna, . Semoga Allah membalas kebaikan kamu.

Dari saya,yang mencintai kamu . Ananda Ratih Puspita Octavia ♥

Selasa, 09 Juli 2013

MARHABAN YAA RAMADHAN



Segenap crew adLOVEnture beserta Ratih dan calon suami (yang masih ada ditangan tuhan) mengucapkan selamat menunaikan ibadah puasa,
semoga menjadi haji yang mabrur.
ga nyambung ? ah kajeun wae.