Rabu, 03 April 2013

Kampung Naga, Tasikmalaya, Jawa Barat.


Kali ini kaki gue berhenti di sebuah tempat maha menakjubkan di tanah air sendiri, Indonesia.

Selama 3 hari gue melakukan perjalanan hebat, tapi sebelumnya gue bakal kenalin dulu para pelancong dan petualang yang menemani perjalanan gue kali ini .


Yang pertama @AnelhilangElsha ( belakangan sepertinya ganti username twitter jadi @ElshaSLSR )  , biasanya di panggil Echa . Mahasiswi akademi kebidanan ini sering banget dijadiin “kompas berjalan”. Selama ada dia, kita gak perlu takut nyasar karena dia selalu bisa jadi penunjuk jalan yang tepat, walaupun dengan modal nekat dan sok tau .




Ini  @ulilkulily, tapi bisa dipanggil mumu . Orangnya suka banget ketawa, apa aja diketawain, bahkan ngeliat anak kecil diterkam hiu ompong pun dia masih bisa ketawa ngakak. Mumu ini orangnya gak neko-neko, tapi juga ga connect-connect, jadi sampai detik ini, cuma Simsimi yang kuat ngobrol sama mumu.






Yang ketiga, @NisrinaFirdaus , walaupun badannya yang paling gede, kita tetep harus manggil dia dengan sebutan “dede” . Diantara kita semua, dede ini yang tinggalnya paling jauh, di Bantul, Yogyakarta.  Dia ngekost dan kuliah disana. Gue pernah baca sebuah tweet dari akun salah satu sahabat terbaik gue @Satrio1210, dia bilang .. gak semua anak kost menderita kok . Dengan melihat postur dede, gue rasa teori dia ada benernya juga .





Sekarang giliran kaum adam nih, yang ini namanya Rainal. Sampe sekarang akun twitternya masih dalam penyelidikan petugas. Dia ini satu-satunya petualang yang punya pacar, dan mesti ngabarin pacarnya tiap 3 menit sekali, serius. 





Kalo yang ini @riezadventure. Let’s call him “ebe” . Si ebe ini udah jadi cokiber (cowok kita bersama) yang selalu rela dimintain tolong bawain barang-barang ataupun logistik travelling kita, asalkan pake mantra .. “kita kan perempuan be.. :’) ”






Yang terakhir gak perlu perkenalan lagi, ini makhluk paling unyuh sepanjang masa, @rapspoctavia. Namanya ratih, tapi boleh dipanggil “sayang” kok :”) hehe . Hobinya menabung dan membantu ibu . Anaknya manis gak ketulungan, sampe-sampe di dalem telinganya ada sarang semut .


NAH,
Tujuan kita kali ini adalah Kampung Naga, sebuah kampung dengan adat dan budaya yang masih kental di Desa Negalasari, Kecamatan Salawu, Tasikmalaya, Jawa Barat.








Awalnya disana gue pikir gue bisa menemukan sejenis kadal raksasa dengan api yang keluar dari mulutnya, sayangnya dugaan gue salah besar L

Fyi, Kampung Naga berasal dari kata Nagawir (dalam bahasa Sunda) yang artinya di tebing/jurang . Yaaaaps. Jadi kampung seluas 1,5 H ini terletak persis nyaris seperti berada di dalam jurang. Untuk mencapai kesana, kita setidaknya harus menuruni 439 anak tangga. Buat yang mau gedein betis, datang kesini bisa jadi salah satu alternatif selain nge-gym di fitness center.


Disana, kita tinggal di rumah salah seorang penduduk asli warga kampung naga bernama ibu Een, beliau baaaaik banget, ibu Een ini yang ngajarin kita mengenai sosial dan budaya di kampung Naga.


Sebagian besar penduduk asli disini sayangnya gak lancar berbahasa Indonesia, karena bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa Sunda, tapi buat orang luar yang mau berkunjung, jangan khawatir, karena disini ada pemandu yang siap jadi translater kita buat berkomunikasi sama warga kampung naga.


Mata pencaharian warga kampung naga adalah petani dan pembuat kerajinan. Jadi disini kita bisa liat aktivitas pedesaan yang sulit kita temuin di kota-kota besar kayak menumbuk padi, menggembalakan ternak dan membuat anyaman rotan.


Jangan harap bisa nemuin anak-anak warga kampung naga yang lagi sibuk sama gadget-nya kayak keponakan-keponakan kita sekarang. Disini semua permainan bener-bener tradisional. Mereka bahkan gak nonton tv, karena yaaaps, LISTRIK DILARANG DI TEMPAT INI.



Serius, demi menjaga keaslian bentuk bangunan dan budaya disini, para penduduk rela buat enggak ikut menikmati fasilitas listrik bahkan yang ditawarkan pemerintah. Ada benernya juga sih, karena sekitar 113 rumah disini terbuat dari kayu, rotan, bambu, injuk dan bahan-bahan lain yang mudah terbakar.

Tapi percaya deh, tidur di dalam rumah kayu dengan hanya diterangi petromak itu punya kesan tersendiri.

Oh iya, satu lagi yang mesti kalian tahu bahwa disini nggak ada kamar mandi di dalam rumah. Yang dimaksud toilet disini adalah sebuah sungai yang dipakai bersama oleh para warga sebagai tempat MCK dan untuk menuju kesana, kita mesti menaiki batu-batu besar sebagai undakan tangga.

Gue salut sama kepatuhan warga sama ketua adat disini. Pemimpin yang bahkan gak dipilih secara formal ini sangat dihormati penduduk. Semua  aturan adat sejak berdirinya kampung Naga belum pernah dilanggar. Berdasarkan info dari salah seorang warga, gue mecatat beberapa aturan pokok adat di tempat ini, diantaranya :
1.      - Larangan memasuki kawasan hutan keramat. Jangan berpikiran bahwa hutan ini dipakai untuk pemujaan atau sebagainya, karena warga asli kampung Naga 100% islam kok J

2.       -Larangan menceritakan sejarah kampung naga pada hari yang dianggap tabu, yakni selasa, rabu dan sabtu. Meskipun begitu, sebenarnya warga kampung Naga yang sekarang tinggal kurang tahu jelas sejarah kampung ini, karena pada 1956 dulu, kampung naga dibakar oleh DI TII sehingga catatan sejarah yang ditulis leluhur ikut terbakar L so bad L

Selama disini, gue banyak belajar hidup sederhana , bersahaja dan yang paling utama adalah belajar mencintai budaya sendiri.
Ternyata, Indonesia ini maha kaya dengan budaya dan keindahan alamnya. Sayangnya, gak banyak anak bangsa yang mau menikmati, apalagi ikut melestarikan. Gue harap sih semoga mulai banyak generasi muda yang tertarik buat menjelajahi indahnya budaya negeri sendiri .

semoga bermanfaat :)



2 komentar:

  1. aaahahahahaaa ikan hiu ompong dan simisimi takkan tergantikan deh pkknya, sahabat setia perjalanan harapan dan mimpi :D

    BalasHapus
  2. semoga kita bisa sama-sama ngeraih semua mimpi kita yaa :') aamiin :')

    BalasHapus