ketika aku menulis tulisan ini, banyak sekali hal dalam hidupku yang sudah berubah.
kamar kakak perempuanku mendadak kosong setelah keberangkatannya beberapa hari lalu ke Swedia,
tangan ayah dan ibuku makin jelas keriputnya saat aku mencium tangan mereka sepulang kuliah,
bingkai berisi fotoku dengan seseorang yang (tadinya) special buatku pun sudah berpindah dari atas meja ke dalam kardus cokelat-dilakban rekat-dan disimpan di gudang bersama tumpukan benda-menunggu-dibuang lainnya.
aku menoleh ke arah dinding kamar, tempat beberapa ucapan ulang tahun dari keluarga, teman, dan kerabat aku tempel rapi.
ucapan yang terakhir, tentu saja, berisi beberapa doa dan harapan saat usiaku menginjak angka 18.
itu artinya aku sudah layak menonton tayangan berlabel 17+ . upps .
bukan,
bukan itu yang aku pikirkan . hehe
saat aku menatap lurus kearah kartu-kartu yang berjajar itu, aku melesat jauh ke hari-hari sebelumnya yang aku lewati.
aku membayangkan semua hari, hari yang baik-dan buruk.
aku melihat diriku sendiri tertawa terbahak bersama teman-teman, menangis sendiri di pojok ruangan, mendengus kecewa di depan papan pengumuman, dan tersipu malu saat melintas di hadapan seorang kakak kelas yang tersenyum manis kearahku.
aku membayangkan betapa banyak hari-hari yang sudah aku lewati.
sebagian besar menyenangkan, separuh lainnya rasa-rasanya aku dihimpit kesulitan.
aku juga kembali mengingat orang-orang yang pernah aku kenal.
yang jauh dan dekat, yang masih ada dan yang memutuskan untuk meninggalkan, yang hanya singgah dan yang bertahan.
lebih jelas lagi,
yang membuatku tertawa dan membuatku menangis.
semuanya terekam jelas seperti adegan melankolis yang diputar ulang di sebuah film layar lebar.
saat aku membayangkan semua hal dan pengalaman buruk, orang-orang yang membuatku sedih dan menangis, serta mengingat bahwa betapa banyak hal yang tidak bisa aku gapai dan aku lakukan,
aku merasa begitu sia-sia, tidak berarti, bodoh, kosong, dan tidak ada artinya. bahkan dalam kasusku, lebih parah, aku merasa begitu jahat dan dibenci karena aku tak bisa menjadi apa yang orang lain inginkan.
sementara itu ketika aku membayangkan wajah teman-teman yang terkekeh melihat leluconku, saat mengingat keponakan kecilku yang tertidur pulas dipangkuanku setelah ku bacakan dongeng dan saat aku menatap takzim kearah wajah bangga ayah saat namaku dipanggil sebagai juara umum di sekolah menengah pertama. aku merasa dadaku penuh oleh sesuatu yang membahagiakan, rasa-rasanya aku bahkan ingin hidup seribu tahun lagi.
oh- kemudian aku sadar sesuatu,
bahwa bagaimanapun, hidup selalu penuh warna.
dan setiap rasa sedih, bahagia, kecewa adalah tanda bahwa anugerah terbesar yang pernah dimiliki manusia yakni kehidupan masih Allah berikan.
aku hanya perlu menemukan rumusnya untuk menghadapi semua perubahan dalam hidup. maka kalau ini semua aku kuasai, hidup akan terasa begitu ringan dan menyenangkan.
kemudian aku menemukan bahwa aku hanya perlu memaafkan,
memaafkan orang-orang yang membuatku menangis, marah, kecewa, sedih dan kemudian menatap mereka dengan tatapan lembut penuh kasih sayang dan penghormatan.
termasuk memaafkan segala kesalahan diriku sendiri, karena bagaimanapun, aku pantas mendapatkan perlakuan baik.
selanjutnya aku tinggal melupakan semua kesalahan itu, dan mengingat hal-hal baik yang sudah aku dan orang lain lakukan untuk hidupku.
lalu, aku hanya perlu bersyukur..
bersyukur bahwa sampai detik ini aku masih hidup, bersyukur bahwa aku tak perlu merasakan hidup di zaman yang keji dan penuh tekanan, bersyukur atas sekecil apapun nikmat yang diberikan-Nya termasuk sepotong cokelat yang disodorkan ke dalam mulutku oleh adik sepupuku yang masih balita tadi pagi.
dan lebih lagi, bersyukur saat Allah memberi cobaan, it means Dia tidak merendahkan kekuatanku untuk menghadapi cobaan-Nya karena Dia tahu, aku kuat.
yang terakhir,
aku hanya perlu tertawa..
Tertawa saat kabar baik datang - tertawa lepas
Tertawa saat kabar buruk tiba - tertawa sambil menangis
Tertawa saat kabar benar2 buruk menghampiri - tertawa sambil terisak
Kita bisa selalu tertawa, dalam situasi apapun.
Karena percaya, besok lusa situasi akan lebih baik,
Dan kita bisa kembali tertawa lepas.
**Rumus ini saya dapat dari buku-buku yang menakjubkan, terima kasih Tere Liye dll. yang sudah menjadi pembimbing kepribadian saya, terima kasih :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar