Selasa, 12 November 2013

Kisah Tutur Tinular

Malam ini, ayah menceritakanku sebuah kisah tentang nama Ratih Puspita Octavia yang ia hadiahkan kepadaku.

Nama itu ayahku ambil dari sebuah kisah legendaris berjudul "Tutur Tinular" yang sangat ia gemari.

Aku rasa tidak ada salahnya kalau aku menjadikan kisah ini sebagai pengantar tidur kita malam ini. Baiklah, segera berbaring dan tarik selimut sampai ke leher, pejamkan mata dan dengarkan kisah ini baik-baik :)

Alkisah, hiduplah seorang pemuda gagah nan tampan yang mumpuni dalam olah kanuragan (ilmu untuk meringankan tubuh yang mampu membuatnya lari melesat bagaikan terbang, lalu melayangkan pukulan dua belas jurus) sehingga ia ditakuti oleh musuh-musuhnya. Pendekar ini juga dikenal sangat pemberani dan pantang mundur melawan musuh dengan bantuan sebuah pedang sakti bernama Pedang Naga Puspa buatan Mpu Ranubhaya (*kemudian nama Puspa inilah yang dipakai menjadi ide nama Puspita sebagai nama tengahku*). Namun disisi lain, ia sangat kesulitan dalam menaklukan perasaanya sendiri untuk mengutarakan cintanya kepada seorang perempuan yang merupakan cinta pertamanya.

Marilah kita panggil pemuda ini dengan nama Arya Kamandanu.

Dalam cerita ini, Arya Kamandanu dikisahkan jatuh cinta kepada seorang gadis jelita bernama Dewi Nari Ratih, seorang kembang desa Manguntur, anak dari Rakryan Wuru, bekas salah satu kepala prajurit Singhasari.
Parasnya yang cantik membuatnya menjadi rebutan pemuda di desanya. Salah satunya bernama Dangdi, putera kepala desa Manguntur yang selalu mengejar-ngejar cinta Nari Ratih. Namun, karena hati Nari Ratih pun sudah berlabuh kepada Kamandanu, maka Ratih pun menolaknya sehingga terjadi perselisihan antara Kamandanu dengan Dangdi.

Saat itu, Kamandanu masih sangat polos, meski ia sangat mencintai Ratih, ia selalu ragu-ragu dalam mengungkapkan perasaan cintanya kepada Ratih sehingga Ratih kerap kali kecewa akan sikap Kamandanu yang kurang tegas ini.

Arya Dwipangga, kakak kandung Kamandanu yang mengetahui hal ini mencoba membantu mendamaikan keduanya, Dwipangga yang dikenal pandai membuat syair. diam-diam sering mengirimkan bait-bait yang indah kepada Ratih dengan mengatasnamakan Kamandanu.

Pelangi muncul diatas Kurawan
Warnanya indah bukan buatan
Seorang gadis ternganga keheranan
Rambutnya tergerai jatuh ke pangkuan

Sekuntum cempaka sedang mekar di taman sari desa Manguntur
Kelopaknya indah tersenyum segar
Kan kupetik cempaka itu untuk kubawa tidur malam nanti

Kubuka daun jendela dan terbayang malam yang indah dihiasi chandra kartika
di bulan Waisya ini
Sepuluh kali aku melewati pintu rumahmu yang masih rapat terkancing dari dalam
Kapan kau buka
Wahai sang dewi puspa

Pelangi itu muncul lagi
Membuat garis melengkung ke langit tinggi
Daun ilalang diterpa angin gemerisik membangunkan tidurku dari mimpi buruk
di batas tugu yang indah ini ku pahat dengan bermandikan keringat kasih
Kalau kau tatap mega yang berbunga-bunga
Disanalah aku duduk menunggu pintu maafmu terbuka

Pelangi senja mengantarkan burung-burung pulang ke sarangnya
Domba-domba pulang ke kandangnya
Tapi aku hendak kemana
Apa yang kulakukan menjadi tak berharga selama senyummu masih kau sembunyikan dibalik keangkuhan hatimu

Nari Ratih
Kau adalah sebongkah batu karang
Tapi aku adalah angin yang sabar setia
Sampai langit diatas terbelah dua
Aku akan membelai namamu bagaikan bunga

Jika hari telah tidur dipangkuan malam
Kukirim bisikan hatiku ini bersama angin
Biarpun malam pucat kedinginan
Biarpun bintang merintih dilangit yang jauh
Aku akan tidur dengan tenang
Sambil memeluk senyummu dalam kehangatan mimpiku

Aku berkelana mencari cinta ke desa-desa yang jauh
Akhirnya di candi Walandit kupuaskan dahagaku

Ratih menjadi begitu bahagia dan segera menemui Kamandanu, tetapi begitu mengetahui bahwa bait-bait syair itu bukan tulisan Kamandanu, Ratih pun merasa dipermainkan. Maka, terjadilah perselisihan diantara keduanya.

Kamandanu menyampaikan ketidaksukaannya kepada Dwipangga yang sudah turut campur urusan asmaranya. Maka, Dwipangga segera menemui Ratih bermaksud menjelaskan kejadian yang sebenarnya, tetapi begitu melihat kecantikan Ratih, Dwipangga malah terpesona dan menaruh hati kepada Ratih.

Meskipun sedarah dengan Kamandanu, Dwipangga memiliki sifat yang bertolak belakang dengan Kamandanu. Ia sangat licik dan pendendam serta gemar memikat wanita dengan syair karyanya yang selalu mengagumkan. Maka, tidak peduli meski Kamandanu sangat mencintai Ratih, Dwipangga berniat untuk merebut cinta pertama Kamandanu tersebut.

Akhirnya Dwipangga menjadi semakin sering menuliskan syair yang indah untuk Ratih. Lama kelamaan, Ratih pun terbuai oleh bait-bait yang dikirimkan Dwipangga. Tanpa sepengetahuan Kamandanu, Dwipangga sering melakukan pertemuan dengan Ratih sehingga pada suatu ketika terjadilah peristiwa di candi walandit. Nari Ratih yang lugu dibuat terpesona oleh Dwipangga sehingga ia bersedia memadu kasih dengan Dwipangga dan meninggalkan Kamandanu.

Arya Kamandanu yang memergoki kejadian ini sangat terpukul hatinya sehingga terjadi pertengkaran hebat dengan Dwipangga. Ketika Ratih dan Dwipangga akhirnya menikah, Kamandanu memilih meninggalkan rumah dengan mendalami ilmu kanuragan kepada Mpu Ranubhaya.

Kamandanu yang memutuskan berpetualang akhirnya bertemu dengan seorang gadis China bernama Mei Shin. Kebersamaan diantara mereka berdua akhirnya membuat keduanya saling jatuh cinta.

Kehidupan Ratih dan Dwipangga ternyata tidak berjalan harmonis. Setelah menikah dan melahirkan seorang putera bernama Panji Ketawang, Ratih kerap kali mendapat siksaan dari suaminya itu hingga ia akhirnya meninggal dunia.

Kematian Ratih kemudian membuat Dwipangga kembali membuat ulah dengan menodai Mei Shin yang kemudian mengandung seorang anak perempuan yang diberi nama Ayu Wandira.

Meskipun dengan hati terpukul, Kamandanu tetap berjiwa besar menikahi Mei Shin demi menghindari perlakuan Dwipangga yang sama terhadap cinta pertamanya. Akhirnya, iapun mengasuh Ayu Wandira dan Panji Ketawang seperti anaknya sendiri.

Tamat

Kamis, 25 Juli 2013

Lovely Fathma

Namanya Fathma . Warga negara Afghanistan.
Ketika pertama kali bertemu dengannya usiaku 16, dia 8 tahun .

fathma

Selama beberapa bulan dia tinggal di sebelah rumahku. Sebenarnya itu bukan rumah tinggal, tetapi sebuah villa yang memang biasa disewakan kepada orang asing. Itulah mengapa dari bangunan bercat dinding hijau tersebut aku sering mendapatkan teman baru yang kesemuanya adalah manusia-manusia yang berasal dari belahan dunia yang jauh diujung sana . Tempat-tempat yang bahkan membayangkannya saja aku belum pernah.

Biasanya orang asing yang tinggal disana adalah sebuah keluarga. Beberapa kadang memiliki anak yang sebaya denganku. Karena letak rumahku dan bangunan itu bersebelahan dan tidak ada rumah lain disekitarnya, maka mau tidak mau keluargaku akan menjadi tetangga paling dekat dengan para turis tersebut.

Suatu hari .. bangunan kosong itu memiliki penghuni lagi .

Aku tidak tahu persis berapa orang penghuni yang baru datang itu . Mereka tiba saat hari sudah gelap, waktu itu aku belum tidur, masih asyik memandang langit malam . Aku rasa perbedaan waktu Indonesia dengan negara mereka membuat mereka butuh banyak waktu untuk beradaptasi. Beristirahat sejenak satu atau dua hari.

Tepat di hari kelima sejak kedatangan mereka, saat aku sedang memberi makan Cookie dan Creamy, dua ekor hamster jenis winter white yang aku pelihara dalam sebuah aquarium berukuran lumayan besar. Seorang gadis bermata hijau dengan rambut tipis berwarna cokelat muda memandangku dari teras rumah, penasaran dengan apa yang aku lakukan.

Aku menoleh kearah gadis itu, ragu-ragu menghampiri .

"What are you doing ?" gadis itu malu-malu bertanya..

"Just feeding my pets . Hey, you are my new neighbour, right ? Where do you come from ?"

"Afghanistan. My Name is Fathma" Dia memperkenalkan diri sebelum aku meminta,, aku menyebutkan namaku tapi rupanya namaku terlalu sulit dia ucapkan sehingga terdengar lucu dan menggelikan bahkan ditelinganya sendiri.

"Puphot ? Roateh ? What kind of name is it " gadis kecil itu terkekeh, kedua ujung alisnya bertemu di tengah keningnya, tatapan mengolok . Aku dibuat malu dengan namaku sendiri untuk pertama kalinya.

"Forget it. Can you speak Indonesian ? Or Sundaneese maybe ?" Aku mulai ngaco. Ia menggeleng mantap.

"I am school at International School. It used to use English, Afghanistan and Urdu. We haven't learned Indonesian"

Selama beberapa menit kami berbincang-bincang. Aku sebenarnya kacau dalam berbicara bahasa Inggris. Grammar-ku berantakan, tenses apalagi. Jadi saat melakukan percakapan dengan Fathma, aku lebih banyak menjadi pendengar. Sesekali mengeluarkan kata-kata pamungkas. Yes or No .

Sejak saat itu ia sering datang ke rumahku.. Bahkan lebih ekstrem tiba-tiba sudah duduk manis di tempat tidurku, menungguku pulang sekolah. Ia gadis yang manis dan ramah, keluargaku sangat menyukainya. Oh ya, sejak saat itu, kami jadi sering bertukar cerita.

Hingga akhirnya ceritanya sampai pada kisah hidupnya.

Fathma,
Siapa sangka gadis berkulit pucat yang sedang asyik memainkan boneka barbie-ku sambil memamerkan gigi kelinci itu justru sedang mencari suaka ke negara-negara nun jauh di ujung benua.

Gadis itu bercerita, disuatu malam yang lumayan tenang untuk negeri yang sedang dilanda peperangan pada saat itu. Dengan mengejutkan beberapa tentara merangsek masuk ke tempat keluarganya tinggal.
Fathma masih terlalu kecil untuk paham apa yang terjadi.

Jantungnya berdegup keras, kaget karena tiba-tiba terjaga dari mimpi indahnya, yang entah apa.

Ia hanya mendengar kata-kata Taliban dari sang ibu. Mendengar kata itu saja cukup, ia sudah tahu ada yang tidak beres.

Fathma kecil berlari mengamankan Waffa, adiknya yang berusia 5 tahun. Ia membawa adiknya bersembunyi di dalam lemari pakaian .

Ia bercerita,

Afghanistan sedang dilanda peperangan saat itu. Banyak sekali tentara Taliban dan Amerika Serikat berkeliaran diluar rumahnya. Satu-dua bersembunyi dibalik reruntuhan gedung yang hancur karena bom molotov. Meskipun sudah ada larangan mengusik penduduk sipil, tidak sedikit warga yang jadi pelanduk, mati ditengah-tengah.

Ayah Fathma yang merupakan orang penting disana memutuskan untuk bertahan di tanah airnya. Nekat tinggal di tengah carut-marut kota yang sedang bergejolak.

Aku menatap wajah gadis itu. Menyimak dengan seksama kisahnya. Fathma yang melihat ekspresi tegangku semakin asyik bercerita, begitu tenang, santai. Seakan-akan kisah yang ia ceritakan adalah dongeng cinderella yang akan berakhir bahagia.

Fathma kecil mulai mendengar suara-suara gaduh dari luar lemari. Ia berharap ibunya yang terakhir kali ia temui sedang khusyuk membaca ayat suci, baik-baik saja.
Ia mengintip sedikit keluar. DOR. sebuah peluru melesat di kepala sang paman yang sedang bertahan menyembunyikan sang ayah. darah bercucuran dimana-mana. Ia melihat pamannya yang sudah terbaring lemah di seret paksa keluar. Malam itu Fathma menangis.

Waffa yang terus bertanya apa yang terjadi dibungkam mulutnya, takut keberadaannya diketahui. Fathma sendiri ketakutan, tapi ia tahu ia harus tegar menjaga adiknya. Ia memeluk hangat adik perempuannya itu, memandang mata Waffa yang berwarna cokelat muda dan berkata dalam bahasa Arab, "Jangan takut, Allah bersama kita. Kita akan baik-baik saja.."

Malam itu suara meriam memecahkan keheningan. Waffa sudah tertidur pulas ditumpukan selimut dalam lemari. Fathma melangkah perlahan,.. Mencari Ummi dan Abi.

Syukurlah, ayahnya masih hidup. Ia mengangkat tubuh kecil Fathma dan menyuruhnya berkemas. Perjalanan panjang akan dimulai.
Fathma melihat raut kesedihan di wajah ayahnya. Mereka berdua menoleh kearah bercak darah pamannya tadi yang membentuk garis panjang yang menuju keluar pintu. Jasad pamannya sudah ditarik paksa oleh tentara, tapi mereka yakin jiwanya akan ikut serta dalam perjalanan mereka.
Paman sudah berkorban, semoga Allah menempatkan ia di Surga-Nya.

Esok paginya sebelum matahari terbit, Fathma sudah diajak pergi meninggalkan rumahnya. Tujuan mereka adalah ke Australia, negara yang menyediakan perlindungan bagi warga sipil Afghanistan yang menjadi korban konflik. Ayah Fathma hanya akan mengantar sampai tujuan kemudian kembali ke medan peperangan. Maka sebelum mereka meninggalkan bangunan tempat Fathma tumbuh besar itu, mereka mengadakan salam perpisahan. Mereka tidak tahu apa yang akan terjadi. Boleh jadi ini adalah pertemuan terakhir. Keluarga kecil itu saling berpelukan. Saling berjanji mereka akan bertemu di Surga-Nya Allah.

Aku menatap wajah Fathma, tak kuat menahan air mata. Gadis itu masih tegar meneruskan kisahnya. Sesekali tertawa melihat mimik wajahku yang mendadak menyedihkan.
Fathma membuka sleting pakaian di punggungnya, memamerkan sesuatu, siapa sangka gadis yang mudah sekali tertawa itu menunjukan bekas luka besar di bagian lengan belakangnya, terkena reruntuhan gedung.
Aku yakin, luka di hatinya pasti lebih besar lagi.

Sekarang ia menjadi tetanggaku, ia dan keluarganya transit di Indonesia kemudian memilih menetap satu atau dua bulan. Selama itu, ia menjadi temanku. Teman yang tidak akan pernah ku lupakan.

Terakhir kali kami bertemu, aku memberinya kenang-kenangan sebuah kerudung berwarna merah, sebenarnya itu pemberian tanteku. Kemudian ia menukarnya dengan sebuah kartu, ia tidak memberikannya langsung kepadaku saat ia pamit karena aku belum pulang dari sekolah melainkan menitipkannya melalui ibuku.

Ketika aku membuka kartu itu, bagian dalamnya bertuliskan "Don't you ever be afraid. Allah is always beside us".

Aku menangis. Sungguh, gadis itu telah didewasakan kehidupan.




Selasa, 23 Juli 2013

dear my first love ..

February 22th, 2012 ..

Sebelumnya, saya minta maaf kalau saya mendadak menulis catatan ini, untuk kamu ..
Ya, kamu ..
Tapi rasanya semua orang harus tau, sekarang saya menyadari sepenuhnya, bahwa saya .. Sangat mencintai kamu .

Masih ingat ?

Waktu saya tidak diterima di sekolah yang saya impikan, selama seminggu lebih saya mogok makan dan mengurung diri di kamar . Waktu itu saya sakit, kamu masuk ke kamar dan langsung memeluk saya . Kamu mengusap rambut saya dan berkata bahwa saya tetap yang terbaik buat kamu . Dan kamu, ingin saya tersenyum lagi .

Masih ingat ?

Saat saya meraih juara umum di smp, kamu berdiri di hadapan saya dengan memegang sebuah kamera, mengabadikan senyuman dan kebahagiaan saya . Kamu tersenyum, dan mengatakan bahwa saya ..yang terbaik .

Masih ingat ?

Kita berlibur ke pantai dan saya tenggelam di tengah laut . Karena terkena racun cumi-cumi badan saya gatal-gatal . Padahal semua orang sedang menikmati liburannya . Di dalam bis, kamu bernyanyi untuk saya, dan saya tertidur di pelukan kamu .

Masih ingat ?

Setiap ulang tahun saya, kamu adalah orang pertama yang selalu tiba-tiba muncul di kamar saya . Dan berpesan, selalu sama .. Tetaplah jadi yang terbaik .

Masih ingat ?

Waktu kamu mengajak saya datang ke panti asuhan dan membiarkan saya bergabung bersama para yatim piatu . Kamu berpesan, jadilah yang terbaik untuk mereka suatu saat . Dan kamu, mengajarkan saya untuk menyayangi sesama .

Masih ingat ?

Kamu tidak pernah mengabulkan permintaan saya untuk datang ke tempat bermain di mall . Kamu justru mengajak saya ke toko buku dan membiarkan saya mengambil sebanyak-banyaknya . Kamu mengajarkan saya untuk selalu memilih yang lebih bermanfaat . Dan sepulang dari sana, kamu, membuat tempat bermain menyenangkan dirumah dengan menemani saya bermain game di komputer atau membuat boneka dari lilin ..

Masih ingat ?

Kamu tidak pernah mengajak saya makan di tempat yang sama . Warung kaki lima sampai resto bintang lima kita jajaki . Kamu, mengajarkan saya untuk selalu siap menerima segala suasana .

Masih ingat ?

Kamu tidak mengambilkan bunga yang tumbuh di depan rumah sekalipun saya sudah merengek . Kamu bilang bunga itu bisa saya petik dan miliki sendiri, tapi setelah itu akan kering dan mati . Atau saya bisa membiarkannya tumbuh, berkembang biak, dan dinikmati semua orang yang lewat . Kamu, mengajarkan saya untuk tidak serakah dan mementingkan diri sendiri ..

Masih ingat ?

Ketika mos sma, saya menangis tengah malam karena tidak bisa membuat topi dan kamu, malah menonton televisi . Saya marah . Tapi saya terus mencoba sampai topinya jadi, walaupun bentuknya tidak karuan . Lelah membuat saya cepat tertidur dan esok paginya, diatas meja rias .. Saya melihat sebuah topi karton merah muda yang cantik dan jauh lebih bagus dari yang saya buat tadi malam . Topi itu, kamu buat . Dan saya, dibiarkan bekerja keras untuk mendapatkan hasil sekecil apapun, dan tugasmu .. Adalah menyempurnakannya .

Masih ingat ?

Saya pernah memprotes saat kamu membelikan saya handphone monokrom saat semua teman saya justru sudah memakai handphone dengan fitur-fitur canggih dan label harga tinggi . Saya marah dan saya bilang kamu membiarkan saya tampil tidak sekeren teman-teman saya padahal saya yakin kamu mampu . Saya, kamu peluk, dan kamu bilang, semua orang akan mencintai saya, karena saya .. Sederhana .

Masih ingat ?

Kamu melarang saya memenuhi seragam smp saya dengan tinta, pilok dan warna warni tanda tangan teman saya . Saya kira kamu tidak gaul. Saya menghubungi teman saya dan menceritakan betapa saya sangat kesal dengan sikap kamu . Lalu kamu, mengajak saya kerumah tetangga dan menunjukan kepada saya sebuah senyuman haru dan gembira dari orang lain saat kamu memberikan semua seragam saya yang sudah dilipat rapi dan bersih kepada tetangga saya itu .

Masih ingat ?

Kamu selalu melarang saya menginap dirumah teman saya . Saya kira kamu over protektif . Tapi suatu hari saya mengerti, saat kamu bilang kamu rasanya tidak bisa, saat melihat ke kasur saya, dan saya tidak ada disana . Kamu, hanya ingin memastikan, saya tidur dengan nyenyak .

Masih ingat ?

Kelulusan smp, saya mengalami syndrome minder . Kamu tahu, saya tidak pede dengan make up dan kebaya . Dan kamu, adalah satu-satunya yang meyakinkan saya, kamu bilang .. Saya merasa tidak cantik, karena setiap pagi bercermin dan sudah biasa melihat wajah yang lebih cantik daripada balutan kulit yang di tutup dengan berbagai kosmetik ini . Dan kamu, membuat saya, merasa cantik .

Masih ingat ?

Kita pernah punya pembantu yang biasa mengurusi semua pekerjaan rumah, kamu memberinya kamar, makan dan pakaian . Dan saya, kamu marahi waktu saya memarahi dia karena tidak memisahkan sambal di bubur saya . Saya pikir kamu tidak adil , tapi saya sekarang tahu, kamu mengajarkan saya untuk memanusiakan manusia .

Masih ingat ?

Kamu menyuruh saya menyalami dan mencium tangan seorang penjual pisang yang sudah renta, kamu pun melakukan hal yang sama, lalu membeli beberapa sisir pisang yang ia jual . Seperginya tukang pisang itu kamu berkata, dia guru ngaji saya . Dan sekali lagi, kamu mengajarkan saya untuk selalu mengingat jasa dan kebaikan orang lain dengan cara tetap menghormatinya setinggi apapun pangkat dan kedudukan kita di dunia .

Masih ingat ?

Kamu tidak pernah membela saya waktu saya berkelahi dengan teman saya . Saya kira kamu tidak peduli, tapi rupanya kamu sedang mengajarkan saya untuk tidak membela permusuhan ..

Masih ingat ?

Saat saya bilang saya merasa bodoh karena sering mengikuti kelas remedial eksak . Kamu, saya peluk . Dan kening saya, kamu cium . Kamu bilang .. Setiap orang punya jatah gagal yang sama, dan orang yang berhasil adalah orang yang mencoba menghabiskan jatah gagalnya dengan terus mencoba .

Masih ingat ?

Saya pernah jatuh dari sepeda, dan kamu hanya memperhatikan saya dari jauh . Kamu tidak menghampiri saya sampai saya akhirnya bangun sendiri sambil menangis . Saya mengangkat sepeda saya dan berjalan dengan lutut yang berdarah . Saat saya berada dekat dengan kamu, kamu mengangkat tubuh saya, dan kamu bilang kamu tahu, saya kuat .


Masih ingat ?

Waktu kamu sakit, saya tidak bisa bermain karena menjaga kamu . Kamu memaksa saya tidak meninggalkan kamu . Kamu bilang kamu ingin sembuh . Karena kamu takut mati . Kamu tidak mau saya kehilangan kamu dan kamu kehilangan saya . Kamu tahu, tak ada yang bisa mencintai saya setulus dan semurni cinta kamu, untuk saya .

Teruntuk cinta pertamaku, mutiaraku, jiwa dan ragaku .

Cinta pada pandangan pertamaku, Ibunda Lilis Kurniati Nilawidyanti .

Ratih Puspita Octavia 2 bulan


Terima kasih sudah menjadi mama yang sempurna, . Semoga Allah membalas kebaikan kamu.

Dari saya,yang mencintai kamu . Ananda Ratih Puspita Octavia ♥

Selasa, 09 Juli 2013

MARHABAN YAA RAMADHAN



Segenap crew adLOVEnture beserta Ratih dan calon suami (yang masih ada ditangan tuhan) mengucapkan selamat menunaikan ibadah puasa,
semoga menjadi haji yang mabrur.
ga nyambung ? ah kajeun wae.

Jumat, 28 Juni 2013

flashback : 22 Oktober 2012

suatu malam, tahun lalu,
22 Oktober 2012, beberapa hari sebelum ulang tahunku.

malam itu hujan deras baru saja berhenti, aku menatap kaca mobil angkutan umum yang sudah berembun. dingin.
aku hendak pulang setelah menghabiskan hari ini bersama teman-teman, agak lelah.
kami main di salah satu game center di kota Bogor, karaoke, dan berbelanja beberapa potong pakaian walaupun sebenarnya aku belum terlalu butuh, hanya ikut teman-teman.

aku duduk di bangku sebelah kiri dekat pintu. mobil angkutan umum ini lumayan kosong,
hanya ada aku dan dua orang laki-laki, yang satu duduk di bangku depan dekat supir.

baru seperempat perjalanan, naiklah seorang anak perempuan, pengamen.
tubuhnya kurus, hitam manis, rambutnya panjang bau khas matahari dikuncir seperti ekor kuda,
ia tidak duduk di bangku, melainkan di jalan masuk penumpang seperti kebanyakan pengamen.
gadis itu sebenarnya manis, ia punya sepasang lesung pipi yang menggemaskan, namun kulitnya yang berdebu membuatnya tampak tidak terurus, lusuh.

aku terus memperhatikan pengamen cilik itu, ia sudah hampir 5 menit duduk di bawah tapi tidak juga memainkan ukulele-nya untuk bernyanyi, aku bisa merasakan ia menghembuskan nafas panjang.
kami berdua sama-sama terlihat lelah dan tidak bertenaga,
hanya bedanya, aku habis bermain bersama teman-teman, sedangkan gadis ini nampak sekali habis memikul sebuah beban, kehidupan jalanan.

setelah cukup lama, aku sadar dia memang tidak berniat ngamen seperti biasanya.

aku menepuk pundaknya, kemudian beralih menepuk bangku kosong di sebelahku.
"sini.." aku tersenyum tipis, ia menoleh kearahku, sebentar, membalas senyumanku, kemudian menggeleng sopan.

"gak apa-apa, temenin kaka ngobrol..bosen sendirian nih.." aku meyakinkan, begitu penasaran dengan gadis kecil ini.

ia menurut, langsung beranjak dari tempat duduknya .

"mau kemana ?" aku bertanya lembut, hati-hati dengan gadis bermata sayu ini.

"pulang, habis ngamen ka .."

"kok keliatan sedih ? kenapa ?" aku semakin penasaran, gadis itu menarik bibirnya, ragu-ragu bercerita.

aku mengusap pundaknya yang kecil, ia tidak lebih besar dari keponakanku, paling-paling baru duduk di kelas dua SD,

gadis itu menarik nafas, "tadi habis ngamen tapi uangnya diambil semua sama anak punk.."
aku tercekat, ikut sakit hati.

"berapa yang mereka ambil ?"

"sembilan belas ribu.", aku kaget, bagaimana mungkin seorang gadis kecil ini begitu sedih kehilangan beberapa rupiah yang bahkan sama sekali tidak sebanding dengan harga yang baru saja aku keluarkan untuk sekedar ongkos kendaraan ke tempat yang dijanjikan teman-teman tadi.

"itu hasil seharian ka, agak sepi, tadi juga hujan gede, orang-orang gak banyak ngasih" ia menambahkan.

"kok kamu yang kerja ? ayah kamu kemana ?" aku merendahkan suara. takut ia tersinggung. aku sebenarnya enggan menanyakan hal ini, tapi kemudian aku begitu didesak penasaran.

"ada, tapi gak kerja, paling cuma main lotre."

aku merasa marah, entah pada siapa, aku berusaha mengendalikan perasaanku.

"oh iya, kaka gak tau nama kamu.."aku mengalihkan pembahasan.

"Desi, kak.."

"kamu sekolah ?" , ia mengangguk.

"tebak-tebakan yuk, pasti kelas dua SD ya ?"

"tiga." ia mulai tertawa kecil.

"berarti delapan tahun ?" aku menggodanya lagi, masih bermain tebak-tebakan.

"iya, empat hari lagi . hehe." gadis itu terkekeh, gigi depannya yang panjang membuatnya nampak manis.

"26 bulan 10 ?" aku kaget, gadis itu mengangguk mantap.

"sama, kaka juga empat hari lagi depalan belas tahun, berarti ulang tahun kita samaan ? oh iya, kan tahun ini barengan sama idul adha, jadi ulang tahun kita dirayain umat islam sedunia.." aku mencoba bercanda.

"iya, dirayain sama semua kambing qurban ya ka ? hehe" ia mulai ikut dalam percakapan, kami mulai terlihat seperti kakak-adik .

aku tersenyum simpul, gadis ini begitu menyenangkan. sopan walaupun hidup di dalam kerasnya jalanan.
malam itu kami berbicara panjang lebar, asyik dengan segala persamaan yang kami temukan. ia bercerita kalau ia baru saja mendapat peringkat satu di kelasnya, dari gaya bicaranya aku tahu dia anak yang pandai.

dua orang gadis, terpaut usia 10 tahun, hari ulang tahun yang sama, hidup di keluarga yang berbeda.
sejak hari itu mereka berdua memutuskan untuk bersahabat.

gadis itu membantuku melihat kehidupan dari sisi yang lain. seperti guru yang penuh pengalaman, gadis itu mengajarkanku bagaimana menjadi anak perempuan, harus tangguh, mandiri, dan bisa diandalkan.

dibandingkan gadis itu, aku memang jauh belum ada apa-apanya tapi setelah ini aku berjanji akan terus mencoba. demi pertemuan malam ini, dan rasa syukur atas segala yang sudah aku miliki, aku berjanji aku tak akan mengeluh lagi.


Minggu, 23 Juni 2013

Rumus Kehidupan

ketika aku menulis tulisan ini, banyak sekali hal dalam hidupku yang sudah berubah.

kamar kakak perempuanku mendadak kosong setelah keberangkatannya beberapa hari lalu ke Swedia,

tangan ayah dan ibuku makin jelas keriputnya saat aku mencium tangan mereka sepulang kuliah,

bingkai berisi fotoku dengan seseorang yang (tadinya) special buatku pun sudah berpindah dari atas meja ke dalam kardus cokelat-dilakban rekat-dan disimpan di gudang bersama tumpukan benda-menunggu-dibuang lainnya.

aku menoleh ke arah dinding kamar, tempat beberapa ucapan ulang tahun dari keluarga, teman, dan kerabat aku tempel rapi.
ucapan yang terakhir, tentu saja, berisi beberapa doa dan harapan saat usiaku menginjak angka 18.
itu artinya aku sudah layak menonton tayangan berlabel 17+ . upps .

bukan,
bukan itu yang aku pikirkan . hehe

saat aku menatap lurus kearah kartu-kartu yang berjajar itu, aku melesat jauh ke hari-hari sebelumnya yang aku lewati.
aku membayangkan semua hari, hari yang baik-dan buruk.

aku melihat diriku sendiri tertawa terbahak bersama teman-teman, menangis sendiri di pojok ruangan, mendengus kecewa di depan papan pengumuman, dan tersipu malu saat melintas di hadapan seorang kakak kelas yang tersenyum manis kearahku.

aku membayangkan betapa banyak hari-hari yang sudah aku lewati.
sebagian besar menyenangkan, separuh lainnya rasa-rasanya aku dihimpit kesulitan.

aku juga kembali mengingat orang-orang yang pernah aku kenal.
yang jauh dan dekat, yang masih ada dan yang memutuskan untuk meninggalkan, yang hanya singgah dan yang bertahan.

lebih jelas lagi,
yang membuatku tertawa dan membuatku menangis.

semuanya terekam jelas seperti adegan melankolis yang diputar ulang di sebuah film layar lebar.

saat aku membayangkan semua hal dan pengalaman buruk, orang-orang yang membuatku sedih dan menangis, serta mengingat bahwa betapa banyak hal yang tidak bisa aku gapai dan aku lakukan,
aku merasa begitu sia-sia, tidak berarti, bodoh, kosong, dan tidak ada artinya. bahkan dalam kasusku, lebih parah, aku merasa begitu jahat dan dibenci karena aku tak bisa menjadi apa yang orang lain inginkan.

sementara itu ketika aku membayangkan wajah teman-teman yang terkekeh melihat leluconku, saat mengingat keponakan kecilku yang tertidur pulas dipangkuanku setelah ku bacakan dongeng dan saat aku menatap takzim kearah wajah bangga ayah saat namaku dipanggil sebagai juara umum di sekolah menengah pertama. aku merasa dadaku penuh oleh sesuatu yang membahagiakan, rasa-rasanya aku bahkan ingin hidup seribu tahun lagi.

oh- kemudian aku sadar sesuatu,
bahwa bagaimanapun, hidup selalu penuh warna.
dan setiap rasa sedih, bahagia, kecewa adalah tanda bahwa anugerah terbesar yang pernah dimiliki manusia yakni kehidupan masih Allah berikan.

aku hanya perlu menemukan rumusnya untuk menghadapi semua perubahan dalam hidup. maka kalau ini semua aku kuasai, hidup akan terasa begitu ringan dan menyenangkan.

kemudian aku menemukan bahwa aku hanya perlu memaafkan,
memaafkan orang-orang yang membuatku menangis, marah, kecewa, sedih dan kemudian menatap mereka dengan tatapan lembut penuh kasih sayang dan penghormatan.
termasuk memaafkan segala kesalahan diriku sendiri, karena bagaimanapun, aku pantas mendapatkan perlakuan baik.
selanjutnya aku tinggal melupakan semua kesalahan itu, dan mengingat hal-hal baik yang sudah aku dan orang lain lakukan untuk hidupku.

lalu, aku hanya perlu bersyukur..
bersyukur bahwa sampai detik ini aku masih hidup, bersyukur bahwa aku tak perlu merasakan hidup di zaman yang keji dan penuh tekanan, bersyukur atas sekecil apapun nikmat yang diberikan-Nya termasuk sepotong cokelat yang disodorkan ke dalam mulutku oleh adik sepupuku yang masih balita tadi pagi.
dan lebih lagi, bersyukur saat Allah memberi cobaan, it means Dia tidak merendahkan kekuatanku untuk menghadapi cobaan-Nya karena Dia tahu, aku kuat.

yang terakhir,
aku hanya perlu tertawa..
Tertawa saat kabar baik datang - tertawa lepas
Tertawa saat kabar buruk tiba - tertawa sambil menangis
Tertawa saat kabar benar2 buruk menghampiri - tertawa sambil terisak
Kita bisa selalu tertawa, dalam situasi apapun.
Karena percaya, besok lusa situasi akan lebih baik,
Dan kita bisa kembali tertawa lepas.

**Rumus ini saya dapat dari buku-buku yang menakjubkan, terima kasih Tere Liye dll. yang sudah menjadi pembimbing kepribadian saya, terima kasih :)