Malam. Udara pegunungan di kaki
gunung salak mulai memaksa bulu-bulu halus tanganku tegak berdiri. Dingin.
Dalam
gelap itu di dalam tenda, aku dan beberapa teman belum jua tertidur padahal satu-dua
tenda di sebelah kami mulai senyap, terlelap.
Seperti
yang ingin aku lakukan pada anak-anakku nanti menjelang tidurnya, malam ini aku
mendongengkan cerita . Rainal, Echa dan Mumu menyimak seksama, mata mereka
terpejam. Aku menarik tubuhku masuk ke dalam kantung tidur. Dan dalam serak dan
paraunya suara, kisah itu dimulai..
Cerita
ini sungguh kalian pasti pernah mendengarnya, salah satu legenda favorite-ku.
Namun banyak yang tidak tahu alur ceritanya. Aku juga tidak membaca legenda
dari negeri bombay ini lewat manuskrip
usang, aku justru membacanya dari sebuah novel modern karya darwis tere liye,
sepotong hati yang baru.
Dan
malam itu .. aku menceritakan kembali kisah Ramayana yang sudah diceritakan
ulang oleh jutaan orang lainnya, supaya nasihatnya terus ada dan menjadi
pelajaran buat siapapun yang mendengarnya.
Baiklah,
Cerita
ini berasal dari negeri India. Siapa yang tidak mengenal Rama, pangeran gagah
dari kerajaan Kosala. Ia tampan tak terkira. Ia pintar tiada dua. Dan jangan
tanya soal kepribadiannya, Rama adalah pemuda tiada tandingan. Semua orang akan
terpesona hanya dengan menatap wajahnya.
Lantas
siapa yang tidak mengenal Shinta, gadis rupawan, puteri kerajaan Wideha? Ia
cantik tak terperi. Ia pintar tiada tanding. Dan jangan tanya soal budi
pekertinya, Shinta adalah gadis yang tumbuh dalam asuhan luhur. Semua orang
bahkan terpesona hanya dengan mendengar bisik-bisik bagaimana jelita rupanya.
Mereka berdua
seperti ditakdirkan menjadi pasangan abadi, Rama-Shinta, dan sudah
abadilahcerita mereka.
Kau
tahu, bagaimana mereka berdua berjodoh satu sama lain ?
Tidak,
tentu saja tidak seperti pasangan kebanyakan. Ah, kalau sama dengan orang
banyak. Apa istimewanya ? Pemuda gagah itu, Rama, sedang dalam misi berbahaya
menumpas para raksasa di hutan rimba saat terbetik kabar, raja Wideha
mengadakan sayembara. Gadisnya yang rupawan sudah cukup usia, bagai bunga mekar,
sudah saatnya menikah dengan salah satu pangeran terbaik di seluruh India. Maka
demi kabar besar itu, berduyun-duyunlah semua kerajaan mengirimkan pasukan
mereka.
“Kau
harus ikut serta, Kakanda.” Laksmana, adik Rama yang setia menemani mereka berpetualang
menumpas raksasa membujuk.
“Astaga,
kau ingin kakamu ini mendapatkan jodoh melalui sebuah sayembara? Itu jelas
bukan awal kisah cinta sejati, tidak akan ada Resi yang pernah menulisnya.”
Rama menggeleng.
“Setidaknya
kakanda bersedia melihat dulu puteri itu. Menurut kabar, wangi kulitnya
semerbak hingga ratusan meter. Matanya mampu meruntuhkan dinding kesombongan. Dan
hatinya, bahkan bisa menaklukan senjata paling hebat di dunia.” Laksmana
mengedipkan mata, tidak habis akal membujuk, “Setelah dilihat, nanti baru
kakanda putuskan sendiri apakah akan menulis kisah cinta sejati dari sebuah
sayembara atau bukan?”
Baiklah, seperti apa omong kosong kecantikan
gadis itu, Rama mendengus. Memasang
busur dan anak panah di punggung. Melupakan sebentar misi petualangan mereka. Berputar
haluan, berangkat menuju ibu kota Wideha.
Jika
kau hendak bertanya apakah cinta pada pandangan pertama itu, maka kau bisa
bertanya pada pasangan Rama dan Shinta.
Ketika
seluruh pangeran sudah berkumpul di balai agung ibu kota Wideha, Rama yang tiba
terlambat justru salah memasuki ruangan. Sebuah kesalahan yang memantik nyala
perasaan berpijar-pijar. Bagaimana mungkin ia sungguh tidak terpesona oleh
betapa cantiknya Shinta? Kabar itu bukan dusta. Dan iapun terpesona saat
melihat gadis itu sedang membantu dayang-dayang yang tidak sengaja menumpahkan
nampan berisi buah-buahan.
Rama
yang tertegun menatap gadis yang riang membantu dayang-dayangnya, mencengkram
lengan Laksmana disampingnya tanpa sengaja.
“Siapakah
gadis itu?” Rama berbisik.
Shinta
lebih dulu menoleh. Dayang-dayang berseru pelan, kaget ada laki-laki memasuki
bangunan khusus perempuan.
“Maaf,
sungguh maafkan kami.” Rama mengangkat tangannya, bergegas menyadari
kekeliruan.
Shinta
menatap sejenak wajah pemuda di hadapannya. Memeriksa wajah serba salah, serba
tanggung, dan ketahuan baru saja begitu terpesona melihat dirinya.
Ah, pemuda ini pastilah pengembara, Shinta tersenyum manis. Pemuda gagah ini pastilah salah satu
petualang yang telah mengelilingi dunia. Seperti banyak pengunjung lainnya,
ikut hadir meramaikan ibukota menonton sayembara besar.
Itulah pertemuan pertama mereka. Percakapan
pendek yang kaku, patah-patah, malu-malu tapi mengesankan. Shinta tidak menduga
kalau pemuda dengan pakaian ksatria biasa tapi dengan tutur kata menawan bagai
seorang pangeran memang seorang pangeran terhormat, sungguh sebuah kejutan
menarik saat ia tahu pemuda itu mengikuti sayembara.
Kau tahu, sayembara itu mudah
sekaligus rumit. Mudah, karena semua peserta tidak diminta berlomba memanah,
mengejar atau membunuh raksasa. Mereka juga tidak diminta saling mengalahkan. Tidak
ada pertandingan fisik. Mereka hanya diminta menarik busur, pusaka kerajaan
Wideha. Nah, itulah rumitnya. Busur itu sungguh bukan busuru biasa, itu busur
milik Dewa Siwa yang dihadiahkan ke bumi. Jangankan menarik talinya, mengangkat
busur itu saja tidak banyak yang mampu.
Tentu saja, Rama yang memenangkan
sayembara itu.
Rama adalah ksatria hebat. Ia dikenal
mampu menaklukan banyak raksasa di zaman itu, tapi itu tetaplah busur hadiah
Dewa Siwa-senjata paling menggetarkan di seluruh daratan India. Jika satu anak
panahnya terhujam ke bumi, konon dunia akan merekah bagai sebutir jeruk yang
terbelah. Entah kekuatan apa, boleh jadi karena kekuatan cinta.
Lihatlah, di sebelah kursi
singgasana, Shinta tersipu malu. Ikut bersorak senang saat Rama berhasil
menarik tali busur. Mereka berjodoh, sayembara telah berakhir. Pernikahan antara
Rama dan Shinta segera dilangsungkan.
Lepas pernikahan, pasangan muda itu
kembali ke Ayodya, ibu kota kerajaan Kosala. Bukan main, senang alang kepalang
Raja Kosala melihat anaknya telah meperistri seorang bidadari. Raja Kosala yang
uzur, bahkan hendak mengangkat Rama menjadi raja. Apalagi yang kurang? Masa
depan kerajaan akan gemilang di tangan putra sulungnya tersebut.
Tetapi ada yang tidak senang
dengan rencana tersebut. Ibu tiri Rama, istri muda Raja Kosala, merasa anaknya,
Barata, lebih berhak menjadi raja. Nasib malang menimpa pasangan muda tersebut.
Melalui sebuah intrik yang licik, Rama dan Shinta justru terusir dari Ayodya.
Mereka dibuang ke hutan rimba selama empat belas tahun. Barat, adik tiri Rama
menjadi naik tahta. Raja Kosala yang menyesali situasi meninggal dalam
kesedihan panjang.
***
Apa yang dilakukan Shinta atas semua penderitaan itu ? Aku bertanya. Hening.
Malam makin larut, suaraku mulai
berat. Aku menatap sekeliling. Para pendengar setiaku sempurna terlelap
semuanya. Padahal cerita ini bahkan belum dimulai.
Aku menghela nafas, suatu hari
aku akan melanjutkan kisah ini, besok pendakian baru akan di mulai. Mau tidak
mau, malam ini aku harus tertidur.
Selamat malam, semoga mimpi
indah.
Tanganku menengadah keatas,
membaca doa sebelum tidur. Angin berdesir seakan ikut mengucapkan kata “Aamiin.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar