Rabu, 24 April 2013

Dongeng Sebelum Tidur : RAMAYANA chapter 1


Malam. Udara pegunungan di kaki gunung salak mulai memaksa bulu-bulu halus tanganku tegak berdiri. Dingin.

                Dalam gelap itu di dalam tenda, aku dan beberapa teman belum jua tertidur padahal satu-dua tenda di sebelah kami mulai senyap, terlelap.

                Seperti yang ingin aku lakukan pada anak-anakku nanti menjelang tidurnya, malam ini aku mendongengkan cerita . Rainal, Echa dan Mumu menyimak seksama, mata mereka terpejam. Aku menarik tubuhku masuk ke dalam kantung tidur. Dan dalam serak dan paraunya suara, kisah itu dimulai..

                Cerita ini sungguh kalian pasti pernah mendengarnya, salah satu legenda favorite-ku. Namun banyak yang tidak tahu alur ceritanya. Aku juga tidak membaca legenda dari negeri bombay ini lewat manuskrip usang, aku justru membacanya dari sebuah novel modern karya darwis tere liye, sepotong hati yang baru.

                Dan malam itu .. aku menceritakan kembali kisah Ramayana yang sudah diceritakan ulang oleh jutaan orang lainnya, supaya nasihatnya terus ada dan menjadi pelajaran buat siapapun yang mendengarnya.



               Baiklah,

                Cerita ini berasal dari negeri India. Siapa yang tidak mengenal Rama, pangeran gagah dari kerajaan Kosala. Ia tampan tak terkira. Ia pintar tiada dua. Dan jangan tanya soal kepribadiannya, Rama adalah pemuda tiada tandingan. Semua orang akan terpesona hanya dengan menatap wajahnya.

                Lantas siapa yang tidak mengenal Shinta, gadis rupawan, puteri kerajaan Wideha? Ia cantik tak terperi. Ia pintar tiada tanding. Dan jangan tanya soal budi pekertinya, Shinta adalah gadis yang tumbuh dalam asuhan luhur. Semua orang bahkan terpesona hanya dengan mendengar bisik-bisik bagaimana jelita rupanya.

                Mereka berdua seperti ditakdirkan menjadi pasangan abadi, Rama-Shinta, dan sudah abadilahcerita mereka.

                Kau tahu, bagaimana mereka berdua berjodoh satu sama lain ?

                Tidak, tentu saja tidak seperti pasangan kebanyakan. Ah, kalau sama dengan orang banyak. Apa istimewanya ? Pemuda gagah itu, Rama, sedang dalam misi berbahaya menumpas para raksasa di hutan rimba saat terbetik kabar, raja Wideha mengadakan sayembara. Gadisnya yang rupawan sudah cukup usia, bagai bunga mekar, sudah saatnya menikah dengan salah satu pangeran terbaik di seluruh India. Maka demi kabar besar itu, berduyun-duyunlah semua kerajaan mengirimkan pasukan mereka.

                “Kau harus ikut serta, Kakanda.” Laksmana, adik Rama yang setia menemani mereka berpetualang menumpas raksasa membujuk.

                “Astaga, kau ingin kakamu ini mendapatkan jodoh melalui sebuah sayembara? Itu jelas bukan awal kisah cinta sejati, tidak akan ada Resi yang pernah menulisnya.” Rama menggeleng.

                “Setidaknya kakanda bersedia melihat dulu puteri itu. Menurut kabar, wangi kulitnya semerbak hingga ratusan meter. Matanya mampu meruntuhkan dinding kesombongan. Dan hatinya, bahkan bisa menaklukan senjata paling hebat di dunia.” Laksmana mengedipkan mata, tidak habis akal membujuk, “Setelah dilihat, nanti baru kakanda putuskan sendiri apakah akan menulis kisah cinta sejati dari sebuah sayembara atau bukan?”

                Baiklah, seperti apa omong kosong kecantikan gadis itu, Rama mendengus.  Memasang busur dan anak panah di punggung. Melupakan sebentar misi petualangan mereka. Berputar haluan, berangkat menuju ibu kota Wideha.

                Jika kau hendak bertanya apakah cinta pada pandangan pertama itu, maka kau bisa bertanya pada pasangan Rama dan Shinta.

                Ketika seluruh pangeran sudah berkumpul di balai agung ibu kota Wideha, Rama yang tiba terlambat justru salah memasuki ruangan. Sebuah kesalahan yang memantik nyala perasaan berpijar-pijar. Bagaimana mungkin ia sungguh tidak terpesona oleh betapa cantiknya Shinta? Kabar itu bukan dusta. Dan iapun terpesona saat melihat gadis itu sedang membantu dayang-dayang yang tidak sengaja menumpahkan nampan berisi buah-buahan.

                Rama yang tertegun menatap gadis yang riang membantu dayang-dayangnya, mencengkram lengan Laksmana disampingnya tanpa sengaja.

                “Siapakah gadis itu?” Rama berbisik.

                Shinta lebih dulu menoleh. Dayang-dayang berseru pelan, kaget ada laki-laki memasuki bangunan khusus perempuan.

                “Maaf, sungguh maafkan kami.” Rama mengangkat tangannya, bergegas menyadari kekeliruan.
                Shinta menatap sejenak wajah pemuda di hadapannya. Memeriksa wajah serba salah, serba tanggung, dan ketahuan baru saja begitu terpesona melihat dirinya.

Ah, pemuda ini pastilah pengembara, Shinta tersenyum manis. Pemuda gagah ini pastilah salah satu petualang yang telah mengelilingi dunia. Seperti banyak pengunjung lainnya, ikut hadir meramaikan ibukota menonton sayembara besar.

Itulah pertemuan pertama mereka. Percakapan pendek yang kaku, patah-patah, malu-malu tapi mengesankan. Shinta tidak menduga kalau pemuda dengan pakaian ksatria biasa tapi dengan tutur kata menawan bagai seorang pangeran memang seorang pangeran terhormat, sungguh sebuah kejutan menarik saat ia tahu pemuda itu mengikuti sayembara.

Kau tahu, sayembara itu mudah sekaligus rumit. Mudah, karena semua peserta tidak diminta berlomba memanah, mengejar atau membunuh raksasa. Mereka juga tidak diminta saling mengalahkan. Tidak ada pertandingan fisik. Mereka hanya diminta menarik busur, pusaka kerajaan Wideha. Nah, itulah rumitnya. Busur itu sungguh bukan busuru biasa, itu busur milik Dewa Siwa yang dihadiahkan ke bumi. Jangankan menarik talinya, mengangkat busur itu saja tidak banyak yang mampu.

Tentu saja, Rama yang memenangkan sayembara itu.

Rama adalah ksatria hebat. Ia dikenal mampu menaklukan banyak raksasa di zaman itu, tapi itu tetaplah busur hadiah Dewa Siwa-senjata paling menggetarkan di seluruh daratan India. Jika satu anak panahnya terhujam ke bumi, konon dunia akan merekah bagai sebutir jeruk yang terbelah. Entah kekuatan apa, boleh jadi karena kekuatan cinta.

Lihatlah, di sebelah kursi singgasana, Shinta tersipu malu. Ikut bersorak senang saat Rama berhasil menarik tali busur. Mereka berjodoh, sayembara telah berakhir. Pernikahan antara Rama dan Shinta segera dilangsungkan.

Lepas pernikahan, pasangan muda itu kembali ke Ayodya, ibu kota kerajaan Kosala. Bukan main, senang alang kepalang Raja Kosala melihat anaknya telah meperistri seorang bidadari. Raja Kosala yang uzur, bahkan hendak mengangkat Rama menjadi raja. Apalagi yang kurang? Masa depan kerajaan akan gemilang di tangan putra sulungnya tersebut.

Tetapi ada yang tidak senang dengan rencana tersebut. Ibu tiri Rama, istri muda Raja Kosala, merasa anaknya, Barata, lebih berhak menjadi raja. Nasib malang menimpa pasangan muda tersebut. Melalui sebuah intrik yang licik, Rama dan Shinta justru terusir dari Ayodya. Mereka dibuang ke hutan rimba selama empat belas tahun. Barat, adik tiri Rama menjadi naik tahta. Raja Kosala yang menyesali situasi meninggal dalam kesedihan panjang.
***

Apa yang dilakukan Shinta atas semua penderitaan itu ? Aku bertanya. Hening.

Malam makin larut, suaraku mulai berat. Aku menatap sekeliling. Para pendengar setiaku sempurna terlelap semuanya. Padahal cerita ini bahkan belum dimulai.

Aku menghela nafas, suatu hari aku akan melanjutkan kisah ini, besok pendakian baru akan di mulai. Mau tidak mau, malam ini aku harus tertidur.

Selamat malam, semoga mimpi indah.

Tanganku menengadah keatas, membaca doa sebelum tidur. Angin berdesir seakan ikut mengucapkan kata “Aamiin.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar