Kau mau tahu kelanjutan kisah
Rama dan Shinta ?
Baiklah, biar aku selesaikan
cerita ini ..
Nah, apa yang dilakukan Shinta
atas semua penderitaan itu ? Ia tidak pergi. Justru menabahkan hati, meneguhkan
cinta, berangkat menemani Rama terbuang dari segala kehormatannya. Bagi Shinta,
semua urusan sederhana, kemanapun Rama
pergi, ia akan terus mengabdi.
Itulah bukti cintanya yang tiada
tara. Maka terusirlah Rama dan Shinta, dengan ditemani Laksmana yang sejak
kecil selalu menemani kakaknya.
Empat belas tahun bukan waktu
yang sebentar. Tinggal di dalam hutan juga bukan masalah yang mudah bagi
pasangan itu. Mereka diuji oleh berbagai godaan. Diuji oleh berbagai rintangan.
Tidak terhitung begitu banyak raksasa hutan yang selama ini diburu Rama hendak
membalaskan sakit hati. Dan puncaknya saat Rahwana, Raja Alengka, berniat
menculik Shinta yang jelita.
Kau tahu siapa Rahwana ?
Ia adalah raja para raksasa.
Kesaktiannya tiada tara. Tidak ada penduduk bumi yang bisa mengalahkan Rahwana.
Bahkan rasa raksasa itu pernah meneror kerajaan langit, membuat para Dewa harus
bersatu memaksanya mundur kembali ke bumi. Tidak ada yang bisa menghentikan
kesewenangwenangan Rahwana.
Hari naas itu, Shinta melihat
seekor anak kijang, begitu lucu, lincah loncat kesana kemari. Aduh, menggemaskan
sekali. Shinta meminta Rama mengejar anak kijang itu. Rama yang enggan,
akhirnya mengalah, memutuskan mengejar kijang itu, meninggalkan Shinta pada
Laksmana, adiknya. Tentu saja kijang itu bukan kijang biasa, melainkan jelmaan
raksasa, anak buah Rahwana yang sedang menyamar. Setelah dikejar kesana kemari
masuk ke dalam hutan yang lebih lebat, Rama berhasil memanahnya. Seketika kijang
itu berubah wujud, berseru meminta tolong, menirukan suara Rama.
Demi mendengar teriakan itu,
Shinta panik. Ia cemas suamninya terluka, meminta Laksmana menyusul. Situasi
berubah menjadi rumit. Laksmana yang ragu-ragu khawatir itu semua jebakan dari
musuh mereka, memutuskan membuat lingkaran di tanah yang melindungi Shinta
sepanjang berada di dalamnya.
Laksmana bergegas menyusul Rama,
meninggalkan Shinta yang berlindung dalam lingkaran. Tetapi Rahwana tidak kalah
akal. Ia menyamar menjadi seorang pertapa tua, berjalan terbungkuk, pura-pura
kehausan. Rahwana tidak bisa masuk ke dalam lingkaran, tapi ia bisa membujuk
Shinta yang amat perasa terhadap kesedihan dan penderitaan orang lain melangkah
keluar mengulurkan kendi air minum.
Sekejap. Saat tangan Shinta
keluar dari lingkaran, Rahwana berubah wujud. Cepat ia menyambar tangan Shinta.
Membawanya terbang pergi ke kerajaan Alengka yang berada di seberang lautan
dataran India. Rahwana tertawa jumawa. Wajah buruk rupanya terbahak puas. Rencana
besarnya berhasil. Lihatlah, ia berhasil menculik Shinta.
Rama dan Laksmana yang kembali
dari mengejar kijang amat pilu saat tahu istrinya telah diculik Rahwana. Perhiasan
istrinya terjatuh di lingkaran perlindungan. Seekor burung garuda, Jatayu, yang
kebetulan melihat penculikan tersebut dan berusaha meninggalkannya justru
terluka parah. Rahwana jelas-jelas bukan tandingannya.
Maka dimulailah cerita mahsyur
itu.
Petualangan Rama menyelamatkan
kekasih hatinya, istri tercinta. Rama tahu persis, tidak mudah merebut kembali
Shinta dari Rahwana . Kerajaan raksasa itu ribuan kilometer dari seberang
lautan. Dan menyerbu tanpa persiapan ke sarang raksasa, sama saja bunuh diri
namanya.
Rama memutuskan meminta bantuan
bangsa wanara, alias manusia kera. Melalui sebuah perjanjian saling membantu,
ribuan pasukan manusia kera dipimpin oleh panglimanya yang mahsyur, Hanoman,
berangkat ke medan perang. Juga ribuan ksatria dari kerajaan-kerajaan lain yang
terketuk hatinya melawan Rahwana.
Tapi masalah pertama langsung
menghadang rombongan itu, bagaimana
menyebrangi lautan ? Tidak semua
anggota pasukan manusia kera bisa terbang. Bagaimana mereka bisa melewati
lautan ribuan kilometer, sementara entah apa nasib Shinta di kerajaan Alengka
sekarang. Berhari-hari Rama meminta bantuan Baruna, dewa yang mengurus
samudera. Baruna menolaknya, menolak terlibat dalam pertempuran.
Rama habis kesabaran, di
penghujung hari ketiga, Rama mengangkat busur Dewa Siwa, berdiri penuh rasa
marah, menghadap lautan yang menghambat mereka. Anak panah ditarik, dan Rama
berseru lantang, “Jika kau tidak mau membantuku, wahai Baruna, akan aku
keringkan seluruh lautan ini dengan anak panahku.”
Menggetarkan
sekali melihat ancaman Rama. Itu bukan senjata biasa. Itu pusaka paling sakti
milik dunia. Baruna gemetar berpikir. Pilihannya terbatas, binasa seluruh lautan, atau membantu penyerbuan Rama. Maka Baruna menawarkan membangun sebuah
jembatan, lebih lambat, tapi itu lebih masuk akal. Rama, Laksmana, dan Hanoman
menyetujuinya.
Segera, semua pekerja dikerahkan,
siang malam, termasuk penduduk lautan. Dalam waktu singkat, jembatan dahsyat
itu terwujud, membentang panjang atas nama cinta.
Dengan jembatan yang kokoh,
pasukan manusia kera bagai gelombang air bah menyerbu kerajaan Alengka.
Pertempuran tidak dapat dihindarkan lagi. Ribuan prajurit raksasa bertahan,
membela setiap jengkal istana. Duel dahsyat antara Rama dan Rahwana menjadi
legenda.
Dua
duanya sama digdaya, bertempur di langit-langit kerajaan Alengka. Dentum merah,
kuning, biru, membuat terang langit malam. Kelebatan cahaya jingga, kuning,
hijau memedihkan mata. Panah sakti milik Rama akhirnya menghujam dada Rahwana.
Raja raksasa paling sakti itu tumbang ke bum. Rahwana, raja raksasa yang pernah
ada pernah membuat rusuh kerajaan langit, akhinya dikalahkan.
Shinta
berhasil direbut kembali.
Sayangnya,
cerita baru saja dimulai. Bukan, sungguh bukan petualangan Rama merebut Shinta
dari Rahwana yang menjadi cerita utamanya, seperti yang disangkakan
orang-orang, seperti yang lebih suka didengar orang banyak. Cerita pentingnya
justru baru dimulai persis saat pasangan abadi itu kembali ke Ayodya.
Tentang
kepercayaan. Tentang salah-satu
fondasi dasar sebuah cinta.
Kau mau
mendengar kelanjutan cerita Rama dan Shinta ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar