Rabu, 24 April 2013

Dongeng sebelum tidur : RAMAYANA chapter 2


Kau mau tahu kelanjutan kisah Rama dan Shinta ?


Baiklah, biar aku selesaikan cerita ini ..

Nah, apa yang dilakukan Shinta atas semua penderitaan itu ? Ia tidak pergi. Justru menabahkan hati, meneguhkan cinta, berangkat menemani Rama terbuang dari segala kehormatannya. Bagi Shinta, semua urusan sederhana, kemanapun Rama pergi, ia akan terus mengabdi.

Itulah bukti cintanya yang tiada tara. Maka terusirlah Rama dan Shinta, dengan ditemani Laksmana yang sejak kecil selalu menemani kakaknya.

Empat belas tahun bukan waktu yang sebentar. Tinggal di dalam hutan juga bukan masalah yang mudah bagi pasangan itu. Mereka diuji oleh berbagai godaan. Diuji oleh berbagai rintangan. Tidak terhitung begitu banyak raksasa hutan yang selama ini diburu Rama hendak membalaskan sakit hati. Dan puncaknya saat Rahwana, Raja Alengka, berniat menculik Shinta yang jelita.

Kau tahu siapa Rahwana ?

Ia adalah raja para raksasa. Kesaktiannya tiada tara. Tidak ada penduduk bumi yang bisa mengalahkan Rahwana. Bahkan rasa raksasa itu pernah meneror kerajaan langit, membuat para Dewa harus bersatu memaksanya mundur kembali ke bumi. Tidak ada yang bisa menghentikan kesewenangwenangan Rahwana.

Hari naas itu, Shinta melihat seekor anak kijang, begitu lucu, lincah loncat kesana kemari. Aduh, menggemaskan sekali. Shinta meminta Rama mengejar anak kijang itu. Rama yang enggan, akhirnya mengalah, memutuskan mengejar kijang itu, meninggalkan Shinta pada Laksmana, adiknya. Tentu saja kijang itu bukan kijang biasa, melainkan jelmaan raksasa, anak buah Rahwana yang sedang menyamar. Setelah dikejar kesana kemari masuk ke dalam hutan yang lebih lebat, Rama berhasil memanahnya. Seketika kijang itu berubah wujud, berseru meminta tolong, menirukan suara Rama.

Demi mendengar teriakan itu, Shinta panik. Ia cemas suamninya terluka, meminta Laksmana menyusul. Situasi berubah menjadi rumit. Laksmana yang ragu-ragu khawatir itu semua jebakan dari musuh mereka, memutuskan membuat lingkaran di tanah yang melindungi Shinta sepanjang berada di dalamnya.

Laksmana bergegas menyusul Rama, meninggalkan Shinta yang berlindung dalam lingkaran. Tetapi Rahwana tidak kalah akal. Ia menyamar menjadi seorang pertapa tua, berjalan terbungkuk, pura-pura kehausan. Rahwana tidak bisa masuk ke dalam lingkaran, tapi ia bisa membujuk Shinta yang amat perasa terhadap kesedihan dan penderitaan orang lain melangkah keluar mengulurkan kendi air minum.

Sekejap. Saat tangan Shinta keluar dari lingkaran, Rahwana berubah wujud. Cepat ia menyambar tangan Shinta. Membawanya terbang pergi ke kerajaan Alengka yang berada di seberang lautan dataran India. Rahwana tertawa jumawa. Wajah buruk rupanya terbahak puas. Rencana besarnya berhasil. Lihatlah, ia berhasil menculik Shinta.



Rama dan Laksmana yang kembali dari mengejar kijang amat pilu saat tahu istrinya telah diculik Rahwana. Perhiasan istrinya terjatuh di lingkaran perlindungan. Seekor burung garuda, Jatayu, yang kebetulan melihat penculikan tersebut dan berusaha meninggalkannya justru terluka parah. Rahwana jelas-jelas bukan tandingannya.

Maka dimulailah cerita mahsyur itu.

Petualangan Rama menyelamatkan kekasih hatinya, istri tercinta. Rama tahu persis, tidak mudah merebut kembali Shinta dari Rahwana . Kerajaan raksasa itu ribuan kilometer dari seberang lautan. Dan menyerbu tanpa persiapan ke sarang raksasa, sama saja bunuh diri namanya.

Rama memutuskan meminta bantuan bangsa wanara, alias manusia kera. Melalui sebuah perjanjian saling membantu, ribuan pasukan manusia kera dipimpin oleh panglimanya yang mahsyur, Hanoman, berangkat ke medan perang. Juga ribuan ksatria dari kerajaan-kerajaan lain yang terketuk hatinya melawan Rahwana.

Tapi masalah pertama langsung menghadang rombongan itu, bagaimana menyebrangi lautan ?  Tidak semua anggota pasukan manusia kera bisa terbang. Bagaimana mereka bisa melewati lautan ribuan kilometer, sementara entah apa nasib Shinta di kerajaan Alengka sekarang. Berhari-hari Rama meminta bantuan Baruna, dewa yang mengurus samudera. Baruna menolaknya, menolak terlibat dalam pertempuran.

Rama habis kesabaran, di penghujung hari ketiga, Rama mengangkat busur Dewa Siwa, berdiri penuh rasa marah, menghadap lautan yang menghambat mereka. Anak panah ditarik, dan Rama berseru lantang, “Jika kau tidak mau membantuku, wahai Baruna, akan aku keringkan seluruh lautan ini dengan anak panahku.”

                Menggetarkan sekali melihat ancaman Rama. Itu bukan senjata biasa. Itu pusaka paling sakti milik dunia. Baruna gemetar berpikir. Pilihannya terbatas, binasa seluruh lautan, atau membantu penyerbuan Rama.  Maka Baruna menawarkan membangun sebuah jembatan, lebih lambat, tapi itu lebih masuk akal. Rama, Laksmana, dan Hanoman menyetujuinya.

Segera, semua pekerja dikerahkan, siang malam, termasuk penduduk lautan. Dalam waktu singkat, jembatan dahsyat itu terwujud, membentang panjang atas nama cinta.

Dengan jembatan yang kokoh, pasukan manusia kera bagai gelombang air bah menyerbu kerajaan Alengka. Pertempuran tidak dapat dihindarkan lagi. Ribuan prajurit raksasa bertahan, membela setiap jengkal istana. Duel dahsyat antara Rama dan Rahwana menjadi legenda.

                Dua duanya sama digdaya, bertempur di langit-langit kerajaan Alengka. Dentum merah, kuning, biru, membuat terang langit malam. Kelebatan cahaya jingga, kuning, hijau memedihkan mata. Panah sakti milik Rama akhirnya menghujam dada Rahwana. Raja raksasa paling sakti itu tumbang ke bum. Rahwana, raja raksasa yang pernah ada pernah membuat rusuh kerajaan langit, akhinya dikalahkan.




                Shinta berhasil direbut kembali.

                Sayangnya, cerita baru saja dimulai. Bukan, sungguh bukan petualangan Rama merebut Shinta dari Rahwana yang menjadi cerita utamanya, seperti yang disangkakan orang-orang, seperti yang lebih suka didengar orang banyak. Cerita pentingnya justru baru dimulai persis saat pasangan abadi itu kembali ke Ayodya.

                Tentang kepercayaan. Tentang salah-satu fondasi dasar sebuah cinta.

                Kau mau mendengar kelanjutan cerita Rama dan Shinta ?             

Tidak ada komentar:

Posting Komentar