suatu malam, tahun lalu,
22 Oktober 2012, beberapa hari sebelum ulang tahunku.
malam itu hujan deras baru saja berhenti, aku menatap kaca mobil angkutan umum yang sudah berembun. dingin.
aku hendak pulang setelah menghabiskan hari ini bersama teman-teman, agak lelah.
kami main di salah satu game center di kota Bogor, karaoke, dan berbelanja beberapa potong pakaian walaupun sebenarnya aku belum terlalu butuh, hanya ikut teman-teman.
aku duduk di bangku sebelah kiri dekat pintu. mobil angkutan umum ini lumayan kosong,
hanya ada aku dan dua orang laki-laki, yang satu duduk di bangku depan dekat supir.
baru seperempat perjalanan, naiklah seorang anak perempuan, pengamen.
tubuhnya kurus, hitam manis, rambutnya panjang bau khas matahari dikuncir seperti ekor kuda,
ia tidak duduk di bangku, melainkan di jalan masuk penumpang seperti kebanyakan pengamen.
gadis itu sebenarnya manis, ia punya sepasang lesung pipi yang menggemaskan, namun kulitnya yang berdebu membuatnya tampak tidak terurus, lusuh.
aku terus memperhatikan pengamen cilik itu, ia sudah hampir 5 menit duduk di bawah tapi tidak juga memainkan ukulele-nya untuk bernyanyi, aku bisa merasakan ia menghembuskan nafas panjang.
kami berdua sama-sama terlihat lelah dan tidak bertenaga,
hanya bedanya, aku habis bermain bersama teman-teman, sedangkan gadis ini nampak sekali habis memikul sebuah beban, kehidupan jalanan.
setelah cukup lama, aku sadar dia memang tidak berniat ngamen seperti biasanya.
aku menepuk pundaknya, kemudian beralih menepuk bangku kosong di sebelahku.
"sini.." aku tersenyum tipis, ia menoleh kearahku, sebentar, membalas senyumanku, kemudian menggeleng sopan.
"gak apa-apa, temenin kaka ngobrol..bosen sendirian nih.." aku meyakinkan, begitu penasaran dengan gadis kecil ini.
ia menurut, langsung beranjak dari tempat duduknya .
"mau kemana ?" aku bertanya lembut, hati-hati dengan gadis bermata sayu ini.
"pulang, habis ngamen ka .."
"kok keliatan sedih ? kenapa ?" aku semakin penasaran, gadis itu menarik bibirnya, ragu-ragu bercerita.
aku mengusap pundaknya yang kecil, ia tidak lebih besar dari keponakanku, paling-paling baru duduk di kelas dua SD,
gadis itu menarik nafas, "tadi habis ngamen tapi uangnya diambil semua sama anak punk.."
aku tercekat, ikut sakit hati.
"berapa yang mereka ambil ?"
"sembilan belas ribu.", aku kaget, bagaimana mungkin seorang gadis kecil ini begitu sedih kehilangan beberapa rupiah yang bahkan sama sekali tidak sebanding dengan harga yang baru saja aku keluarkan untuk sekedar ongkos kendaraan ke tempat yang dijanjikan teman-teman tadi.
"itu hasil seharian ka, agak sepi, tadi juga hujan gede, orang-orang gak banyak ngasih" ia menambahkan.
"kok kamu yang kerja ? ayah kamu kemana ?" aku merendahkan suara. takut ia tersinggung. aku sebenarnya enggan menanyakan hal ini, tapi kemudian aku begitu didesak penasaran.
"ada, tapi gak kerja, paling cuma main lotre."
aku merasa marah, entah pada siapa, aku berusaha mengendalikan perasaanku.
"oh iya, kaka gak tau nama kamu.."aku mengalihkan pembahasan.
"Desi, kak.."
"kamu sekolah ?" , ia mengangguk.
"tebak-tebakan yuk, pasti kelas dua SD ya ?"
"tiga." ia mulai tertawa kecil.
"berarti delapan tahun ?" aku menggodanya lagi, masih bermain tebak-tebakan.
"iya, empat hari lagi . hehe." gadis itu terkekeh, gigi depannya yang panjang membuatnya nampak manis.
"26 bulan 10 ?" aku kaget, gadis itu mengangguk mantap.
"sama, kaka juga empat hari lagi depalan belas tahun, berarti ulang tahun kita samaan ? oh iya, kan tahun ini barengan sama idul adha, jadi ulang tahun kita dirayain umat islam sedunia.." aku mencoba bercanda.
"iya, dirayain sama semua kambing qurban ya ka ? hehe" ia mulai ikut dalam percakapan, kami mulai terlihat seperti kakak-adik .
aku tersenyum simpul, gadis ini begitu menyenangkan. sopan walaupun hidup di dalam kerasnya jalanan.
malam itu kami berbicara panjang lebar, asyik dengan segala persamaan yang kami temukan. ia bercerita kalau ia baru saja mendapat peringkat satu di kelasnya, dari gaya bicaranya aku tahu dia anak yang pandai.
dua orang gadis, terpaut usia 10 tahun, hari ulang tahun yang sama, hidup di keluarga yang berbeda.
sejak hari itu mereka berdua memutuskan untuk bersahabat.
gadis itu membantuku melihat kehidupan dari sisi yang lain. seperti guru yang penuh pengalaman, gadis itu mengajarkanku bagaimana menjadi anak perempuan, harus tangguh, mandiri, dan bisa diandalkan.
dibandingkan gadis itu, aku memang jauh belum ada apa-apanya tapi setelah ini aku berjanji akan terus mencoba. demi pertemuan malam ini, dan rasa syukur atas segala yang sudah aku miliki, aku berjanji aku tak akan mengeluh lagi.
Jumat, 28 Juni 2013
Minggu, 23 Juni 2013
Rumus Kehidupan
ketika aku menulis tulisan ini, banyak sekali hal dalam hidupku yang sudah berubah.
kamar kakak perempuanku mendadak kosong setelah keberangkatannya beberapa hari lalu ke Swedia,
tangan ayah dan ibuku makin jelas keriputnya saat aku mencium tangan mereka sepulang kuliah,
bingkai berisi fotoku dengan seseorang yang (tadinya) special buatku pun sudah berpindah dari atas meja ke dalam kardus cokelat-dilakban rekat-dan disimpan di gudang bersama tumpukan benda-menunggu-dibuang lainnya.
aku menoleh ke arah dinding kamar, tempat beberapa ucapan ulang tahun dari keluarga, teman, dan kerabat aku tempel rapi.
ucapan yang terakhir, tentu saja, berisi beberapa doa dan harapan saat usiaku menginjak angka 18.
itu artinya aku sudah layak menonton tayangan berlabel 17+ . upps .
bukan,
bukan itu yang aku pikirkan . hehe
saat aku menatap lurus kearah kartu-kartu yang berjajar itu, aku melesat jauh ke hari-hari sebelumnya yang aku lewati.
aku membayangkan semua hari, hari yang baik-dan buruk.
aku melihat diriku sendiri tertawa terbahak bersama teman-teman, menangis sendiri di pojok ruangan, mendengus kecewa di depan papan pengumuman, dan tersipu malu saat melintas di hadapan seorang kakak kelas yang tersenyum manis kearahku.
aku membayangkan betapa banyak hari-hari yang sudah aku lewati.
sebagian besar menyenangkan, separuh lainnya rasa-rasanya aku dihimpit kesulitan.
aku juga kembali mengingat orang-orang yang pernah aku kenal.
yang jauh dan dekat, yang masih ada dan yang memutuskan untuk meninggalkan, yang hanya singgah dan yang bertahan.
lebih jelas lagi,
yang membuatku tertawa dan membuatku menangis.
semuanya terekam jelas seperti adegan melankolis yang diputar ulang di sebuah film layar lebar.
saat aku membayangkan semua hal dan pengalaman buruk, orang-orang yang membuatku sedih dan menangis, serta mengingat bahwa betapa banyak hal yang tidak bisa aku gapai dan aku lakukan,
aku merasa begitu sia-sia, tidak berarti, bodoh, kosong, dan tidak ada artinya. bahkan dalam kasusku, lebih parah, aku merasa begitu jahat dan dibenci karena aku tak bisa menjadi apa yang orang lain inginkan.
sementara itu ketika aku membayangkan wajah teman-teman yang terkekeh melihat leluconku, saat mengingat keponakan kecilku yang tertidur pulas dipangkuanku setelah ku bacakan dongeng dan saat aku menatap takzim kearah wajah bangga ayah saat namaku dipanggil sebagai juara umum di sekolah menengah pertama. aku merasa dadaku penuh oleh sesuatu yang membahagiakan, rasa-rasanya aku bahkan ingin hidup seribu tahun lagi.
oh- kemudian aku sadar sesuatu,
bahwa bagaimanapun, hidup selalu penuh warna.
dan setiap rasa sedih, bahagia, kecewa adalah tanda bahwa anugerah terbesar yang pernah dimiliki manusia yakni kehidupan masih Allah berikan.
aku hanya perlu menemukan rumusnya untuk menghadapi semua perubahan dalam hidup. maka kalau ini semua aku kuasai, hidup akan terasa begitu ringan dan menyenangkan.
kemudian aku menemukan bahwa aku hanya perlu memaafkan,
memaafkan orang-orang yang membuatku menangis, marah, kecewa, sedih dan kemudian menatap mereka dengan tatapan lembut penuh kasih sayang dan penghormatan.
termasuk memaafkan segala kesalahan diriku sendiri, karena bagaimanapun, aku pantas mendapatkan perlakuan baik.
selanjutnya aku tinggal melupakan semua kesalahan itu, dan mengingat hal-hal baik yang sudah aku dan orang lain lakukan untuk hidupku.
lalu, aku hanya perlu bersyukur..
bersyukur bahwa sampai detik ini aku masih hidup, bersyukur bahwa aku tak perlu merasakan hidup di zaman yang keji dan penuh tekanan, bersyukur atas sekecil apapun nikmat yang diberikan-Nya termasuk sepotong cokelat yang disodorkan ke dalam mulutku oleh adik sepupuku yang masih balita tadi pagi.
dan lebih lagi, bersyukur saat Allah memberi cobaan, it means Dia tidak merendahkan kekuatanku untuk menghadapi cobaan-Nya karena Dia tahu, aku kuat.
yang terakhir,
aku hanya perlu tertawa..
Tertawa saat kabar baik datang - tertawa lepas
Tertawa saat kabar buruk tiba - tertawa sambil menangis
Tertawa saat kabar benar2 buruk menghampiri - tertawa sambil terisak
Kita bisa selalu tertawa, dalam situasi apapun.
Karena percaya, besok lusa situasi akan lebih baik,
Dan kita bisa kembali tertawa lepas.
**Rumus ini saya dapat dari buku-buku yang menakjubkan, terima kasih Tere Liye dll. yang sudah menjadi pembimbing kepribadian saya, terima kasih :)
kamar kakak perempuanku mendadak kosong setelah keberangkatannya beberapa hari lalu ke Swedia,
tangan ayah dan ibuku makin jelas keriputnya saat aku mencium tangan mereka sepulang kuliah,
bingkai berisi fotoku dengan seseorang yang (tadinya) special buatku pun sudah berpindah dari atas meja ke dalam kardus cokelat-dilakban rekat-dan disimpan di gudang bersama tumpukan benda-menunggu-dibuang lainnya.
aku menoleh ke arah dinding kamar, tempat beberapa ucapan ulang tahun dari keluarga, teman, dan kerabat aku tempel rapi.
ucapan yang terakhir, tentu saja, berisi beberapa doa dan harapan saat usiaku menginjak angka 18.
itu artinya aku sudah layak menonton tayangan berlabel 17+ . upps .
bukan,
bukan itu yang aku pikirkan . hehe
saat aku menatap lurus kearah kartu-kartu yang berjajar itu, aku melesat jauh ke hari-hari sebelumnya yang aku lewati.
aku membayangkan semua hari, hari yang baik-dan buruk.
aku melihat diriku sendiri tertawa terbahak bersama teman-teman, menangis sendiri di pojok ruangan, mendengus kecewa di depan papan pengumuman, dan tersipu malu saat melintas di hadapan seorang kakak kelas yang tersenyum manis kearahku.
aku membayangkan betapa banyak hari-hari yang sudah aku lewati.
sebagian besar menyenangkan, separuh lainnya rasa-rasanya aku dihimpit kesulitan.
aku juga kembali mengingat orang-orang yang pernah aku kenal.
yang jauh dan dekat, yang masih ada dan yang memutuskan untuk meninggalkan, yang hanya singgah dan yang bertahan.
lebih jelas lagi,
yang membuatku tertawa dan membuatku menangis.
semuanya terekam jelas seperti adegan melankolis yang diputar ulang di sebuah film layar lebar.
saat aku membayangkan semua hal dan pengalaman buruk, orang-orang yang membuatku sedih dan menangis, serta mengingat bahwa betapa banyak hal yang tidak bisa aku gapai dan aku lakukan,
aku merasa begitu sia-sia, tidak berarti, bodoh, kosong, dan tidak ada artinya. bahkan dalam kasusku, lebih parah, aku merasa begitu jahat dan dibenci karena aku tak bisa menjadi apa yang orang lain inginkan.
sementara itu ketika aku membayangkan wajah teman-teman yang terkekeh melihat leluconku, saat mengingat keponakan kecilku yang tertidur pulas dipangkuanku setelah ku bacakan dongeng dan saat aku menatap takzim kearah wajah bangga ayah saat namaku dipanggil sebagai juara umum di sekolah menengah pertama. aku merasa dadaku penuh oleh sesuatu yang membahagiakan, rasa-rasanya aku bahkan ingin hidup seribu tahun lagi.
oh- kemudian aku sadar sesuatu,
bahwa bagaimanapun, hidup selalu penuh warna.
dan setiap rasa sedih, bahagia, kecewa adalah tanda bahwa anugerah terbesar yang pernah dimiliki manusia yakni kehidupan masih Allah berikan.
aku hanya perlu menemukan rumusnya untuk menghadapi semua perubahan dalam hidup. maka kalau ini semua aku kuasai, hidup akan terasa begitu ringan dan menyenangkan.
kemudian aku menemukan bahwa aku hanya perlu memaafkan,
memaafkan orang-orang yang membuatku menangis, marah, kecewa, sedih dan kemudian menatap mereka dengan tatapan lembut penuh kasih sayang dan penghormatan.
termasuk memaafkan segala kesalahan diriku sendiri, karena bagaimanapun, aku pantas mendapatkan perlakuan baik.
selanjutnya aku tinggal melupakan semua kesalahan itu, dan mengingat hal-hal baik yang sudah aku dan orang lain lakukan untuk hidupku.
lalu, aku hanya perlu bersyukur..
bersyukur bahwa sampai detik ini aku masih hidup, bersyukur bahwa aku tak perlu merasakan hidup di zaman yang keji dan penuh tekanan, bersyukur atas sekecil apapun nikmat yang diberikan-Nya termasuk sepotong cokelat yang disodorkan ke dalam mulutku oleh adik sepupuku yang masih balita tadi pagi.
dan lebih lagi, bersyukur saat Allah memberi cobaan, it means Dia tidak merendahkan kekuatanku untuk menghadapi cobaan-Nya karena Dia tahu, aku kuat.
yang terakhir,
aku hanya perlu tertawa..
Tertawa saat kabar baik datang - tertawa lepas
Tertawa saat kabar buruk tiba - tertawa sambil menangis
Tertawa saat kabar benar2 buruk menghampiri - tertawa sambil terisak
Kita bisa selalu tertawa, dalam situasi apapun.
Karena percaya, besok lusa situasi akan lebih baik,
Dan kita bisa kembali tertawa lepas.
**Rumus ini saya dapat dari buku-buku yang menakjubkan, terima kasih Tere Liye dll. yang sudah menjadi pembimbing kepribadian saya, terima kasih :)
Sabtu, 22 Juni 2013
Apa sebenarnya hal yang paling mahal di dunia ini ?
Waktu
Tanyakan saja nilai satu tahun kepada orang yang tidak naik kelas
Tanyakan betapa berartinya satu bulan kepada seorang ibu yang melahirkan prematur
Tanyakan nilai satu minggu kepada para editor dan pengurus redaksi majalah mingguan
Tanyakan arti satu hari kepada orang-orang yang menunggu pengumuman
Tanyakan betapa berharganya satu jam kepada para pasangan kekasih yang baru saja bertemu
Tanyakan nilai satu menit kepada para pelajar yang sedang ujian
Tanyakan nilai satu detik kepada mereka yang ketinggalan kereta
Dan tanyakan saja betapa berartinya sepersepuluh detik kepada para atlet olimpiade .
Rabu, 05 Juni 2013
Gn. Cikuray, Garut, Jawa Barat.
sebelumnya, gue mau berterimakasih sama temen-temen gue tercinta karena udah ngingetin gue sama blog ini.
Nyaris sampai pos 7, gue udah bener-bener lemes dan gak kuat, gue duduk di sebuah batang pohon yang tumbang dan minta fahrul ninggalin gue, ngelanjutin perjalanan karena gue udah gak kuat jalan dan memutuskan mengurungkan niat sampai di puncak, tapi sahabat gue yang maha baik plus maha leumeu ini bersikukuh nungguin sampe gue baikan dan nerusin perjalanan. so sweeet :")
Beberapa orang yang kesemuanya gak gue kenal pun ngasih semangat gue untuk nerusin perjalanan, ditambah abang gue Fajar Zulni yang turun dari puncak dan ikut memapah gue berjalan sampai kesana. Karena bantuan mereka, guepun berhasil sampai dan ketemu tim gue disana.
hampir aja gue lupa kalo gue punya blog, DEMI TUHAAAAAAAANN.. *kemudian gue digebet Arya Wiguna*
tapi mari kita tunda sejenak kelanjutan kisah cinta Ratih dengan Morgan SMASH, eh salah, maksudnya Rama dan Shinta.
Akhir bulan Mei lalu gue dan temen-temen melancong lagi, kali ini kita menginjakkan kaki di ketinggian 2821mdpl, Gunung Cikuray, Garut, Jawa Barat.
Sebelumnya gue mau ngasih info soal gunung cikuray. Semua info disini akurat dan terpercaya karena gue copy langsung dari wikipedia, teu di edit-edit acan. Keren pan ?
Nah..
Gunung Cikuray adalah sebuah gunung yang terletak di Kabupaten Garut, Jawa Barat, Indonesia. Gunung cikurai mempunyai ketinggian 2.821 meter di atas permukaan laut dan mrerupakan gunung tertinggi keempat di Jawa Barat setelah Gunung Gede. Gunung ini berada di perbatasan kecamatan Bayongbong, Cikajang, dan Dayeuh Manggung.
Untuk mencapai cikuray dapat ditempuh dengan naik kendaraan umum dari Bandung atau dari Tasikmalaya menuju terminal Guntur. Dari sana diteruskan dengan angkutan kota menuju jalur pendakian, (Cikajang, Bayongbong atau Dayeuh Manggung).
Ketiga jalur tersebut menawarkan medan yang sangat menarik dengan karakteristik masing-masing. Jalur bayongbong adalah jalur yang paling terjal, tetapi dapat cepat sampai di puncak. Jika anda bukan warga Jabar, mendaki Cikurai mesti satu paket dengan Gunung Guntur dan Gunung Papandayan. Keduanya menawarkan pendakian yang menarik.
KArena letaknya paling tinggi di kabupaten Garut, kaki gunung Cikuray dipakai untuk stasiun pemancar TV swasta dan TVRI. Gunung Cikurai mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, Hutan Montane dan Hutan Ericaceous.]
Tah eta.
Sekarang gue mau cerita pengalaman gue di negeri diatas awan ini.
Sebenernya gue hampir batal ikut pendakian kali ini karena beberapa hari sebelum pendakian gue terkena maag akut dan terpaksa harus istirahat selama beberapa hari.
Tapi karena niat serta rencana gue udah kuat, gue keukeuh berangkat kesana.
Singkat cerita,
Sampailah gue disana. Hari pertama tenaga gue cuma didapat dari biskuit bayi yang sengaja gue bawa. soalnya waktu itu gue masih sakit perut dan mual setiap kali perut gue diisi bayi, eh makanan maksudnya :(
Hari ke-2. Perjalanan dari pos 6 menuju puncak gunung cikuray.
Waktu itu gue sama salah satu sahabat baik gue, Fahrul Aprianas, tertinggal jauh di belakang rombongan yang lain karena gue sebentar-sebentar muntah.
Gunung Cikuray adalah sebuah gunung yang terletak di Kabupaten Garut, Jawa Barat, Indonesia. Gunung cikurai mempunyai ketinggian 2.821 meter di atas permukaan laut dan mrerupakan gunung tertinggi keempat di Jawa Barat setelah Gunung Gede. Gunung ini berada di perbatasan kecamatan Bayongbong, Cikajang, dan Dayeuh Manggung.
Untuk mencapai cikuray dapat ditempuh dengan naik kendaraan umum dari Bandung atau dari Tasikmalaya menuju terminal Guntur. Dari sana diteruskan dengan angkutan kota menuju jalur pendakian, (Cikajang, Bayongbong atau Dayeuh Manggung).
Ketiga jalur tersebut menawarkan medan yang sangat menarik dengan karakteristik masing-masing. Jalur bayongbong adalah jalur yang paling terjal, tetapi dapat cepat sampai di puncak. Jika anda bukan warga Jabar, mendaki Cikurai mesti satu paket dengan Gunung Guntur dan Gunung Papandayan. Keduanya menawarkan pendakian yang menarik.
KArena letaknya paling tinggi di kabupaten Garut, kaki gunung Cikuray dipakai untuk stasiun pemancar TV swasta dan TVRI. Gunung Cikurai mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, Hutan Montane dan Hutan Ericaceous.]
Tah eta.
Sekarang gue mau cerita pengalaman gue di negeri diatas awan ini.
Sebenernya gue hampir batal ikut pendakian kali ini karena beberapa hari sebelum pendakian gue terkena maag akut dan terpaksa harus istirahat selama beberapa hari.
Tapi karena niat serta rencana gue udah kuat, gue keukeuh berangkat kesana.
Singkat cerita,
Sampailah gue disana. Hari pertama tenaga gue cuma didapat dari biskuit bayi yang sengaja gue bawa. soalnya waktu itu gue masih sakit perut dan mual setiap kali perut gue diisi bayi, eh makanan maksudnya :(
Hari ke-2. Perjalanan dari pos 6 menuju puncak gunung cikuray.
Waktu itu gue sama salah satu sahabat baik gue, Fahrul Aprianas, tertinggal jauh di belakang rombongan yang lain karena gue sebentar-sebentar muntah.
Namanya Fahrul, tapi enakan dipanggil suroto. |
Nyaris sampai pos 7, gue udah bener-bener lemes dan gak kuat, gue duduk di sebuah batang pohon yang tumbang dan minta fahrul ninggalin gue, ngelanjutin perjalanan karena gue udah gak kuat jalan dan memutuskan mengurungkan niat sampai di puncak, tapi sahabat gue yang maha baik plus maha leumeu ini bersikukuh nungguin sampe gue baikan dan nerusin perjalanan. so sweeet :")
Sial. Angin dingin subuh makin nusuk tulang. Tiba-tiba gue muntah lagi. Kali ini yang dikeluarin cuma cairan pait karena memang perut gue udah gak punya cadangan makanan. Ditambah baju yang basah karena kehujanan semaleman di dalem tenda yang bocor bikin gue sepertinya masuk angin juga.
Perut gue mulai kram. Kaki dan tangan kaku. Ujung-ujung jari sakit kayak ditusuk jarum. Suara Fahrul yang setengah berteriak mulai terdengar jauh, Fahrul lari nyari pertolongan sementara gue makin menggigil, tapi lama kelamaan mata gue mulai redup. Gue gak inget apa-apa lagi.
Sebuah tamparan yang cukup keras dan beberapa pukulan di punggung akhirnya bikin gue tersedak dan sadar. Gue batuk sejadi-jadinya.
Waktu itu gue udah dikelilingi banyak orang, tapi satupun gak gue kenal.
Gue melirik kearah orang yang tadi nampar pipi gue, seorang perempuan cantik, beberapa tahun lebih tua dibanding gue. Disampingnya ada orang yang lagi berusaha ngangetin tubuh gue pake jaket dll. Setelah gue sadar dan mulai mencerna apa yang terjadi, mereka bilang gue kena hipotermia. Gue dipaksa terus melek karena bahaya kalo sampe gue merem, katanya bisa lewat, entah lewat terminal atau lewat kuburan -_-
Guepun dipaksa makan dan disemangatin buat nerusin perjalanan.
Guepun dipaksa makan dan disemangatin buat nerusin perjalanan.
Ka Ruru dan Ka Tia yang nyelametin gue di gunung cikuray. Ka tia ini guru BK di salah satu SMA negeri di Bogor lho! |
Beberapa orang yang kesemuanya gak gue kenal pun ngasih semangat gue untuk nerusin perjalanan, ditambah abang gue Fajar Zulni yang turun dari puncak dan ikut memapah gue berjalan sampai kesana. Karena bantuan mereka, guepun berhasil sampai dan ketemu tim gue disana.
Mungkin gue dan para pendaki yang ditemuin disana itu boleh jadi gak akan ketemu lagi, tapi gue yakin gue gak akan bisa lupain kenangan singkat ini, dan di hati gue, mereka semua jadi bagian penting .
Yaps, in every travel, we will always find a new family :)
Quotes of the day : Terkadang untuk sampai puncak, kita memang perlu istirahat sejenak, tapi jangan pernah menyerah. Karena kalau kau menyerah, kau menyia-nyiakan perjalanan yang sudah ditempuh. Asek!
Gue dan abang gue tercinta, Fajar Zulni . |
Langganan:
Postingan (Atom)