Senin, 29 April 2013

Dongeng sebelum tidur : RAMAYANA Chapter 4

                 Kalimat lain Laksmana juga benar. Adik Rama yang tidak tahan dengan situasi istana, dan akhirnya memutuskan pergi menjadi pertapa itu selalu bijak menilai sesuatu. Shinta berhasil melalui ujian api suci, tapi itu tidak pernah memadamkan resah di hati orang-orang yang tidak mau percaya.

                Hanya berbilang bulan sejak prosesi api suci, bisik-bisik kembali melanda seluruh Ayodya. Kabar burung berhembus bersama angin musim kemarau. Dan bagai api yang membakar rerumputan kering, cepat sekali menjalar, menghanguskan apa saja.

                Orang-orang berbisik bahwa prosesi api suci itu bohong. Mereka ditipu mentah-mentah. Shinta menggunakan ilmu sihir yang diperolehnya dari kerajaan Alengka untuk melewati api suci. Siapa tidak mengenal Rahwana, begitu bertimbun kesaktiannya. Apa susahnya sebelum ia berhasil dikalahkan Rama, Rahwana mengajarkan satu-dua trik kepada Shinta untuk mengatasi hal ini.

                Hanya berbilang bulan pasangan Rama dan Shinta hidup rukun. Saat gelombang kedua kabar kotor itu melanda seluruh Ayodya, cepat dan merusak sekali akibatnya. Suasana istana Ayodya kembali tegang.

                “Kau tidak akan melakukannya, Paduka Rama.” Hanoman, manusia kera, bangsa wanara, kali ini yang bijak menasehati.

                “Tapi bagaimana aku akan menghadapi rakyatku, Pamanda. Dari kota hingga desa, di setiap sudut, pelosok, mereka berbisik tentang hal itu. Bagaimana aku meletakkan wajah seorang Raja yang berwibawa jika mereka tidak percaya dengan Ratunya ? Siapa yang bisa bersaksi Shinta tidak sedang menipu kita semua ? Siapa ?”

                Hanoman menepuk tiang ruangan singgasana, menatap Rama tidak percaya di Taman Asoka. Bukankah kau sendiri yang menyuruhku berbulan-bulan mengintai kerajaan Alengka selama pembuatan jembatan itu, memastikan apakah Shinta baik-baik saja. Istrimu adalah perempuan terhormat. Ia tidak akan berkhianat walau di pikiran sekalipun. Akulah saksinya.”

                Rama menggeleng.

                “Paduka Rama tidak percaya padaku ?”

                “Aku tidak bisa lagi percaya pada siapapun dalam situasi ini, pamanda.” Rama menjawab pelan, tapi cukup sudah mengunci percakapan.

                Ruangan singgasana lengang. Senja merah membungkus langit Ayodya. Urusan itu ternyata masih berbuntut panjang.

                Keputusan kedua diambil. Dan kali ini lebih mengenaskan dari sekadar melewati api suci. Orang ramai berbisik, apapun ujiannya, Shinta yang telah menguasai sihir gelap pasti mampu melewatinya. Lantas ia harus diuji dengan apa? Mudah, usir saja ia dari Ayodya.

                “Kau telah kehilangan akal sehat, paduka Rama.” Hanoman berseru, kepalanya menggeleng-geleng, ekornya mengibas-ngibas. Sungguh ia ingin mengusir kalimat yang baru saja ia dengar dari mulut Rama, “Kau, kau tidak akan melakukannya, bukan ? Itu..., itu berlebihan.”

                Justru sebaliknya, entah pasal apa yang menggelayut di kepala Rama. Entah alasan apa yang membuat Rama begitu gelap mata, keputusan Rama sudah bulat. Duhai, kemanakah cinta mereka selama ini? Empat belas tahun Shinta menemani Rama terusir dari Ayodya, membuktikan pengabdiannya. Berbulan-bulan Shinta tidak sekalipun lalai membisikkan nama Rama di penjara taman Asoka, berharap suami tercintanya tiba, emrebutnya kembali.

                Shinta diusir dari Ayodya. Keputusan itu dibacakan sendiri oleh Rama, dihadapan rakyat banyak yang gegap gempita menyambutnya. Lihat, Rajanya sungguh bijaksana, bahkan istrinya sendiri, jika diragukan kesucian, akan terbuang dari istana. Lihat, ini sungguh mengharukan.

                Hanoman terduduk dalam, terpekur menatap lantai.

                “Apakah kau masih mencintai Shinta, paduka Rama ?” bertanya pelan.

                “Tentu saja, Pamanda. Tentu saja .” Rama menjawab dengan intonasi tersinggung, “Aku mencintainya. Tapi rakyat Ayodya membutuhkan bukti bahwa Shinta akan mampu melewati masa pembuangannya.”

                Hanoman menggeleng sedih, “Bukan rakyat Ayodya. Bukan mereka, tapi Padukalah yang membutuhkan itu semua untuk memadamkan api kecurigaan dalam hati. Camkan ini, Paduka. Esok lusa, Shinta akan berhasil melalui masa terbuangnya, tapi Paduka tidak akan pernah mampu melewati resah itu.”

                Hanoman melangjah perlahan meninggalkan istana. Punggungnya hilang dibalik ribuan rakyat yang mengelu-elukan keputusan rajanya.

                Bagaimana Shinta mendengar perintah pengusiran itu dibacakan sendiri oleh suaminya ? Shinta mengangguk, kali ini ia memang tidak kuasa menahan kesedihan hati. Matanya berkaca-kaca, tapi ia mengangguk patuh. Shinta tidak sedih karena keputusan itu. Ia sedikitpun tidak meragukan cinta Rama. Shinta sedih karena ia tidak kunjung mampu meyakinkan rakyat ayodya, Shinta sedih harus berpisah dengan suami tercinta.

                “Jangan cemaskan aku, kakanda.” Shinta berbisik lemah, “Aku akan baik-baik saja. Masa pembuangan ini tidak akan lama. Apalah arti sepuluh tahun demi membuktikan cinta kita akan abadi. Jangan cemaskan aku, kakanda. Sedikipun jangan terbetik perasaan itu.”

                Senja itu, saat gelap mulai menghampiri ibu kota Ayodya, prosesi pengusiran Shinta dimulai. Tidak ada yang boleh menemaninya. Tidak ada yang boleh membantunya. Rakyat bersorak sorai memenuhi halaman istana, berduyun-duyun puas ingin menonton.

                Resi-resi istana membacakan kdiung kesedihan. Shinta melangkah menuruni anak tangga, mengenakan pakaian putih, selendang putih. Semerbak wangi menyergap hidung-hidung. Tidak, Oh ibu, aku tidak akan menangis. Anakmu tidak akan menangis, waha Dewi Laksmi. Shinta meremas jarinya, menatap sekitar yang mendadak terdiam. Hanya sepuluh tahun terusir dari Ayodya, terpisah dai suaminya, aku akan kuat melewati ujian ini, oh Ibu Dewi Laksmi. Demi cintaku kepada suamiku.

            Dusta takkan bercampur dengan jujur
            Hina takkan bercampur dengan mulia
Oh, minyak takkan pernah menyatu dengan air

Kebaikan takkan bercampur dengan keburukan
Kesetiaan takkan bercampur dengan pengkhianatan
Oh, Dewi Shinta takkan pernah menyatu dengan gadis hina

 Kidung kesedihan resi-resi istana mengambang di langit-langit halaman. Kaki Shinta menyentuh tanah yang berdebu. Senja itu, disaksikan ribuan rakyat, disaksikan Rama yang berdiri memejamkan mata di kursi singgasana. Sendirian Shinta dilepas meninggalkan istana, meninggalkan gerbang ibu kota Ayodya. Melangkah pelan menuju barisan rapat pohon-pohon di hutan rimba. Menjalani ujian sepuluh tahun terbuang. Tanpa seorangpun sempat tahu, bahkan Rama, bahwa Shinta sedang mengandung anak mereka. 

Rabu, 24 April 2013

Dongeng sebelum tidur : RAMAYANA chapter 3


                “Aku tidak bisa mempercayainya begitu saja, Laksmana.” Rama menghembuskan napas panjang, berdiri menatap langit. Tangannya bersidekap resah, sejak tadi siang terus berpikir.

                “Bagaimana mungkin kau tidak mempercayainya, kakanda ?” Laksmana berseru putus asa. 
“Empat belas tahun Shinta setia menemani di hutan rimba. Empat belas tahun hidup penuh penderitaan demi mengabdi pada suamninya. Ditambah berbulan-bulan ditahan oleh Rahwana, berbulan-bulan menanggung penderitaan di sarang raksasa. Bagaimana mungkin kau tidak mempercayai Shinta ?”

                “Berbulan-bulan.” Rama mendesah, “Karena berbulan-bulan itulah, Laksmana. Siapa yang tahu apa yang telah terjadi di Alengka? Siapa yang bisa memastikannya?”

                “Tidak.” Laksmana menggeleng kencang-kencang, seperti berusaha mengusir kalimat Rama barusan jauh-jauh,” Aku tidak percaya kalimat itu keluar dari mulutmu, kakanda.”

                Ruangan singgasana hening sejenak.

                Inilah masalah baru pasangan Rama dan Shinta.


Jutaan rakyat Kosala bersorak senang saat Rama membawa pulang Shinta ke ibu kota Ayodya. Kembalinya Rama juga mengakhiri hukuman empat belas tahun terbuang. Tahta Raja Kosala dikembalikan oleh adiknya, Barata. Kabar tumbangnya Rahwana, raja raksasa penyebab semua masalah daratan India membuat rakyat berpesta. Lebih besar lagi pesta itu karena yang mengalahkan Rahwana adalah raja baru mereka, Rama.

                Tapi kesenangan itu hanya sebentar. Entah siapa yang memulai, bisik-bisik kotor merasuki penduduk kerajaan Kosala. Kabar burung menyebar begitu cepat. Di sudut-sudut istana, di pasar-pasar kumuh, di kampung-kampung. Apalagi kalau bukan kabar burung : Shinta sudah tidak suci lagi. Berbulan-bulan ditawan Rahwana, siapa yang bisa memastikan Shinta tetap mampu menjaga diri?

                Rahwana adalah raksasa licik yang sakti, ia bisa menipu siapa saja, bukan ?

                Bisik-bisik kotor itu bagai jelaga hitam ditumpahkan di langit-langit Ayodya, membuat kelam sejauh mata memandang. Hanya tinggal waktu saja, bisik-bisik itu tiba di telinga Rama. Rakyatnya meragukan kesucian Shinta.

                Apakah Shinta tetap suci ?  Berbulan-bulan ia ditahan di taman Asoka yang indah. Di dalam istana kerajaan Alengka. Dijaga belasan raksasa buruk rupa. Apakah Shinta bisa menjaga kehormatan dirinya?

                Keputusan besar itu diambil Rama. Ia memerintahkan agar ujian kesucian digelar untuk Shinta. Melewati api yang berkobar tinggi. Jika Shinta selamat melaluinya, maka tidak akan ada keraguan lagi.

                “Apakah kakanda masih mencintai Shinta ?” Laksmana bertanya lirih. Keputusan telah diambil, tidak banyak yang bisa dilakukannya.

                “Aku mencintai, Laksmana . Bagaimana mungkin kau bertanya hal itu ?”

                Laksmana tertunduk, “Maka kakanda telah melakukan kesalahan besar. Kepercayaan adalah fondasi penting sebuah cinta, kakanda telah kehilangan fondasi itu. Besok lusa, hal ini akan terulang kembali. Besok lusa, tanpa fondasi tersebut, kakanda hanya akan menjadi olok-olok seluruh penduduk Ayodya.”

                Rama terdiam, menelan ludah, menatap adiknya tidak mengerti. Ruangan singgasana lengang.

                “Bukan, sungguh bukan karena ingin mendengarkan penduduk Ayodya ujian kesucian ini dilakukan.” Laksmana masih tertunduk, “Ujian ini dilakukan hanya untuk menutup resah dihati kakanda. Besok, Shinta akan berhasil melewati kobaran api itu, tapi kakanda tidak akan pernah berhasil memadamkan keresahan itu.”

                Laksmana membungkuk, izin pamit, melangkah hilang diantara helaan napas Rama.

***

                Ujian kesucian itu dilakukan di halaman istana, ditonton ribuan penduduk Ayodya.

                Apakah Shinta menolak ujian tersebut ? Merasa ujian itu melecehkan harga dirinya?

                Shinta bahkan tidak terpikirkan hal buruk sedikitpun. Ia tidak merasa suaminya meragukan dirinya. Ujian ini hanya untuk membuktikan kepada rakyat banyak. Jangankan melewati kobaran api suci, diminta Rama melakukan hal yang lebih sulit dibanding itu ia bersedia.

                Pagi itu , ditengah mendung langit kota Ayodya, api berkobar, menjilat-jilat terasa begitu panas bahkan dari jarak belasan meter. Penduduk yang sejak malam buta berduyun-duyun datang hendak menonton, terdiam menatap kobaran api, menunggu prosesi ujian dimulai.

                Shinta melangkah keluar dari istana. Mengenakan pakaian berwarna putih dan selendang putih. Wajahnya terlihat jelita tanpa riasan sedikitpun, rambutnya terurai panjang, dan halaman luas istana seketika diterpa oleh semerbak wangi yang belum pernah dicium banyak orang.

                Resi-resi istana memulai prosesi. Sebuah kidung dinyanyikan. Puja-puji untuk seorang putri yang akan membuktikan diri.

                Dusta takkan bercampur dengan jujur
                Hina takkan bercampur dengan mulia
                Oh, minyak takkan pernah menyatu dengan air

                Kebaikan takkan bercampur dengan keburukan
                Kesetiaan takkan bercampur dengan pengkhianatan
                Oh, Dewi Shinta takkan pernah menyatu dengan gadis hina

                Habis lagu itu membungkus khidmat, Shinta melangkah mantap menuju kobaran api yang menyala tinggi. Penduduk berseru jerih, beberapa pingsan tidak tahan menonton saat tubuh Shinta ditelan api tersebut. Resi-resi berseru lirih. Rama memejamkan mata, tidak mampu melihat istrinya menuju kobaran api tersebut.

                Laksmana benar. Satu menit berlalu, Shinta melangkah anggun keluar dari kobaran api. Lihatlah, bahkan api tidak kuasa membakar seujung kuku pakaian yang dikenakan Shinta. Penduduk terperangah, sejenak bersorak gembira. Shinta berhasil melewati ujian itu. Gegap gempita memenuhi lapangan istana, Rama menghela napas lega, ikut berseru riang.

                Tetapi cerita jauh dari selesai. 

Dongeng sebelum tidur : RAMAYANA chapter 2


Kau mau tahu kelanjutan kisah Rama dan Shinta ?


Baiklah, biar aku selesaikan cerita ini ..

Nah, apa yang dilakukan Shinta atas semua penderitaan itu ? Ia tidak pergi. Justru menabahkan hati, meneguhkan cinta, berangkat menemani Rama terbuang dari segala kehormatannya. Bagi Shinta, semua urusan sederhana, kemanapun Rama pergi, ia akan terus mengabdi.

Itulah bukti cintanya yang tiada tara. Maka terusirlah Rama dan Shinta, dengan ditemani Laksmana yang sejak kecil selalu menemani kakaknya.

Empat belas tahun bukan waktu yang sebentar. Tinggal di dalam hutan juga bukan masalah yang mudah bagi pasangan itu. Mereka diuji oleh berbagai godaan. Diuji oleh berbagai rintangan. Tidak terhitung begitu banyak raksasa hutan yang selama ini diburu Rama hendak membalaskan sakit hati. Dan puncaknya saat Rahwana, Raja Alengka, berniat menculik Shinta yang jelita.

Kau tahu siapa Rahwana ?

Ia adalah raja para raksasa. Kesaktiannya tiada tara. Tidak ada penduduk bumi yang bisa mengalahkan Rahwana. Bahkan rasa raksasa itu pernah meneror kerajaan langit, membuat para Dewa harus bersatu memaksanya mundur kembali ke bumi. Tidak ada yang bisa menghentikan kesewenangwenangan Rahwana.

Hari naas itu, Shinta melihat seekor anak kijang, begitu lucu, lincah loncat kesana kemari. Aduh, menggemaskan sekali. Shinta meminta Rama mengejar anak kijang itu. Rama yang enggan, akhirnya mengalah, memutuskan mengejar kijang itu, meninggalkan Shinta pada Laksmana, adiknya. Tentu saja kijang itu bukan kijang biasa, melainkan jelmaan raksasa, anak buah Rahwana yang sedang menyamar. Setelah dikejar kesana kemari masuk ke dalam hutan yang lebih lebat, Rama berhasil memanahnya. Seketika kijang itu berubah wujud, berseru meminta tolong, menirukan suara Rama.

Demi mendengar teriakan itu, Shinta panik. Ia cemas suamninya terluka, meminta Laksmana menyusul. Situasi berubah menjadi rumit. Laksmana yang ragu-ragu khawatir itu semua jebakan dari musuh mereka, memutuskan membuat lingkaran di tanah yang melindungi Shinta sepanjang berada di dalamnya.

Laksmana bergegas menyusul Rama, meninggalkan Shinta yang berlindung dalam lingkaran. Tetapi Rahwana tidak kalah akal. Ia menyamar menjadi seorang pertapa tua, berjalan terbungkuk, pura-pura kehausan. Rahwana tidak bisa masuk ke dalam lingkaran, tapi ia bisa membujuk Shinta yang amat perasa terhadap kesedihan dan penderitaan orang lain melangkah keluar mengulurkan kendi air minum.

Sekejap. Saat tangan Shinta keluar dari lingkaran, Rahwana berubah wujud. Cepat ia menyambar tangan Shinta. Membawanya terbang pergi ke kerajaan Alengka yang berada di seberang lautan dataran India. Rahwana tertawa jumawa. Wajah buruk rupanya terbahak puas. Rencana besarnya berhasil. Lihatlah, ia berhasil menculik Shinta.



Rama dan Laksmana yang kembali dari mengejar kijang amat pilu saat tahu istrinya telah diculik Rahwana. Perhiasan istrinya terjatuh di lingkaran perlindungan. Seekor burung garuda, Jatayu, yang kebetulan melihat penculikan tersebut dan berusaha meninggalkannya justru terluka parah. Rahwana jelas-jelas bukan tandingannya.

Maka dimulailah cerita mahsyur itu.

Petualangan Rama menyelamatkan kekasih hatinya, istri tercinta. Rama tahu persis, tidak mudah merebut kembali Shinta dari Rahwana . Kerajaan raksasa itu ribuan kilometer dari seberang lautan. Dan menyerbu tanpa persiapan ke sarang raksasa, sama saja bunuh diri namanya.

Rama memutuskan meminta bantuan bangsa wanara, alias manusia kera. Melalui sebuah perjanjian saling membantu, ribuan pasukan manusia kera dipimpin oleh panglimanya yang mahsyur, Hanoman, berangkat ke medan perang. Juga ribuan ksatria dari kerajaan-kerajaan lain yang terketuk hatinya melawan Rahwana.

Tapi masalah pertama langsung menghadang rombongan itu, bagaimana menyebrangi lautan ?  Tidak semua anggota pasukan manusia kera bisa terbang. Bagaimana mereka bisa melewati lautan ribuan kilometer, sementara entah apa nasib Shinta di kerajaan Alengka sekarang. Berhari-hari Rama meminta bantuan Baruna, dewa yang mengurus samudera. Baruna menolaknya, menolak terlibat dalam pertempuran.

Rama habis kesabaran, di penghujung hari ketiga, Rama mengangkat busur Dewa Siwa, berdiri penuh rasa marah, menghadap lautan yang menghambat mereka. Anak panah ditarik, dan Rama berseru lantang, “Jika kau tidak mau membantuku, wahai Baruna, akan aku keringkan seluruh lautan ini dengan anak panahku.”

                Menggetarkan sekali melihat ancaman Rama. Itu bukan senjata biasa. Itu pusaka paling sakti milik dunia. Baruna gemetar berpikir. Pilihannya terbatas, binasa seluruh lautan, atau membantu penyerbuan Rama.  Maka Baruna menawarkan membangun sebuah jembatan, lebih lambat, tapi itu lebih masuk akal. Rama, Laksmana, dan Hanoman menyetujuinya.

Segera, semua pekerja dikerahkan, siang malam, termasuk penduduk lautan. Dalam waktu singkat, jembatan dahsyat itu terwujud, membentang panjang atas nama cinta.

Dengan jembatan yang kokoh, pasukan manusia kera bagai gelombang air bah menyerbu kerajaan Alengka. Pertempuran tidak dapat dihindarkan lagi. Ribuan prajurit raksasa bertahan, membela setiap jengkal istana. Duel dahsyat antara Rama dan Rahwana menjadi legenda.

                Dua duanya sama digdaya, bertempur di langit-langit kerajaan Alengka. Dentum merah, kuning, biru, membuat terang langit malam. Kelebatan cahaya jingga, kuning, hijau memedihkan mata. Panah sakti milik Rama akhirnya menghujam dada Rahwana. Raja raksasa paling sakti itu tumbang ke bum. Rahwana, raja raksasa yang pernah ada pernah membuat rusuh kerajaan langit, akhinya dikalahkan.




                Shinta berhasil direbut kembali.

                Sayangnya, cerita baru saja dimulai. Bukan, sungguh bukan petualangan Rama merebut Shinta dari Rahwana yang menjadi cerita utamanya, seperti yang disangkakan orang-orang, seperti yang lebih suka didengar orang banyak. Cerita pentingnya justru baru dimulai persis saat pasangan abadi itu kembali ke Ayodya.

                Tentang kepercayaan. Tentang salah-satu fondasi dasar sebuah cinta.

                Kau mau mendengar kelanjutan cerita Rama dan Shinta ?             

Dongeng Sebelum Tidur : RAMAYANA chapter 1


Malam. Udara pegunungan di kaki gunung salak mulai memaksa bulu-bulu halus tanganku tegak berdiri. Dingin.

                Dalam gelap itu di dalam tenda, aku dan beberapa teman belum jua tertidur padahal satu-dua tenda di sebelah kami mulai senyap, terlelap.

                Seperti yang ingin aku lakukan pada anak-anakku nanti menjelang tidurnya, malam ini aku mendongengkan cerita . Rainal, Echa dan Mumu menyimak seksama, mata mereka terpejam. Aku menarik tubuhku masuk ke dalam kantung tidur. Dan dalam serak dan paraunya suara, kisah itu dimulai..

                Cerita ini sungguh kalian pasti pernah mendengarnya, salah satu legenda favorite-ku. Namun banyak yang tidak tahu alur ceritanya. Aku juga tidak membaca legenda dari negeri bombay ini lewat manuskrip usang, aku justru membacanya dari sebuah novel modern karya darwis tere liye, sepotong hati yang baru.

                Dan malam itu .. aku menceritakan kembali kisah Ramayana yang sudah diceritakan ulang oleh jutaan orang lainnya, supaya nasihatnya terus ada dan menjadi pelajaran buat siapapun yang mendengarnya.



               Baiklah,

                Cerita ini berasal dari negeri India. Siapa yang tidak mengenal Rama, pangeran gagah dari kerajaan Kosala. Ia tampan tak terkira. Ia pintar tiada dua. Dan jangan tanya soal kepribadiannya, Rama adalah pemuda tiada tandingan. Semua orang akan terpesona hanya dengan menatap wajahnya.

                Lantas siapa yang tidak mengenal Shinta, gadis rupawan, puteri kerajaan Wideha? Ia cantik tak terperi. Ia pintar tiada tanding. Dan jangan tanya soal budi pekertinya, Shinta adalah gadis yang tumbuh dalam asuhan luhur. Semua orang bahkan terpesona hanya dengan mendengar bisik-bisik bagaimana jelita rupanya.

                Mereka berdua seperti ditakdirkan menjadi pasangan abadi, Rama-Shinta, dan sudah abadilahcerita mereka.

                Kau tahu, bagaimana mereka berdua berjodoh satu sama lain ?

                Tidak, tentu saja tidak seperti pasangan kebanyakan. Ah, kalau sama dengan orang banyak. Apa istimewanya ? Pemuda gagah itu, Rama, sedang dalam misi berbahaya menumpas para raksasa di hutan rimba saat terbetik kabar, raja Wideha mengadakan sayembara. Gadisnya yang rupawan sudah cukup usia, bagai bunga mekar, sudah saatnya menikah dengan salah satu pangeran terbaik di seluruh India. Maka demi kabar besar itu, berduyun-duyunlah semua kerajaan mengirimkan pasukan mereka.

                “Kau harus ikut serta, Kakanda.” Laksmana, adik Rama yang setia menemani mereka berpetualang menumpas raksasa membujuk.

                “Astaga, kau ingin kakamu ini mendapatkan jodoh melalui sebuah sayembara? Itu jelas bukan awal kisah cinta sejati, tidak akan ada Resi yang pernah menulisnya.” Rama menggeleng.

                “Setidaknya kakanda bersedia melihat dulu puteri itu. Menurut kabar, wangi kulitnya semerbak hingga ratusan meter. Matanya mampu meruntuhkan dinding kesombongan. Dan hatinya, bahkan bisa menaklukan senjata paling hebat di dunia.” Laksmana mengedipkan mata, tidak habis akal membujuk, “Setelah dilihat, nanti baru kakanda putuskan sendiri apakah akan menulis kisah cinta sejati dari sebuah sayembara atau bukan?”

                Baiklah, seperti apa omong kosong kecantikan gadis itu, Rama mendengus.  Memasang busur dan anak panah di punggung. Melupakan sebentar misi petualangan mereka. Berputar haluan, berangkat menuju ibu kota Wideha.

                Jika kau hendak bertanya apakah cinta pada pandangan pertama itu, maka kau bisa bertanya pada pasangan Rama dan Shinta.

                Ketika seluruh pangeran sudah berkumpul di balai agung ibu kota Wideha, Rama yang tiba terlambat justru salah memasuki ruangan. Sebuah kesalahan yang memantik nyala perasaan berpijar-pijar. Bagaimana mungkin ia sungguh tidak terpesona oleh betapa cantiknya Shinta? Kabar itu bukan dusta. Dan iapun terpesona saat melihat gadis itu sedang membantu dayang-dayang yang tidak sengaja menumpahkan nampan berisi buah-buahan.

                Rama yang tertegun menatap gadis yang riang membantu dayang-dayangnya, mencengkram lengan Laksmana disampingnya tanpa sengaja.

                “Siapakah gadis itu?” Rama berbisik.

                Shinta lebih dulu menoleh. Dayang-dayang berseru pelan, kaget ada laki-laki memasuki bangunan khusus perempuan.

                “Maaf, sungguh maafkan kami.” Rama mengangkat tangannya, bergegas menyadari kekeliruan.
                Shinta menatap sejenak wajah pemuda di hadapannya. Memeriksa wajah serba salah, serba tanggung, dan ketahuan baru saja begitu terpesona melihat dirinya.

Ah, pemuda ini pastilah pengembara, Shinta tersenyum manis. Pemuda gagah ini pastilah salah satu petualang yang telah mengelilingi dunia. Seperti banyak pengunjung lainnya, ikut hadir meramaikan ibukota menonton sayembara besar.

Itulah pertemuan pertama mereka. Percakapan pendek yang kaku, patah-patah, malu-malu tapi mengesankan. Shinta tidak menduga kalau pemuda dengan pakaian ksatria biasa tapi dengan tutur kata menawan bagai seorang pangeran memang seorang pangeran terhormat, sungguh sebuah kejutan menarik saat ia tahu pemuda itu mengikuti sayembara.

Kau tahu, sayembara itu mudah sekaligus rumit. Mudah, karena semua peserta tidak diminta berlomba memanah, mengejar atau membunuh raksasa. Mereka juga tidak diminta saling mengalahkan. Tidak ada pertandingan fisik. Mereka hanya diminta menarik busur, pusaka kerajaan Wideha. Nah, itulah rumitnya. Busur itu sungguh bukan busuru biasa, itu busur milik Dewa Siwa yang dihadiahkan ke bumi. Jangankan menarik talinya, mengangkat busur itu saja tidak banyak yang mampu.

Tentu saja, Rama yang memenangkan sayembara itu.

Rama adalah ksatria hebat. Ia dikenal mampu menaklukan banyak raksasa di zaman itu, tapi itu tetaplah busur hadiah Dewa Siwa-senjata paling menggetarkan di seluruh daratan India. Jika satu anak panahnya terhujam ke bumi, konon dunia akan merekah bagai sebutir jeruk yang terbelah. Entah kekuatan apa, boleh jadi karena kekuatan cinta.

Lihatlah, di sebelah kursi singgasana, Shinta tersipu malu. Ikut bersorak senang saat Rama berhasil menarik tali busur. Mereka berjodoh, sayembara telah berakhir. Pernikahan antara Rama dan Shinta segera dilangsungkan.

Lepas pernikahan, pasangan muda itu kembali ke Ayodya, ibu kota kerajaan Kosala. Bukan main, senang alang kepalang Raja Kosala melihat anaknya telah meperistri seorang bidadari. Raja Kosala yang uzur, bahkan hendak mengangkat Rama menjadi raja. Apalagi yang kurang? Masa depan kerajaan akan gemilang di tangan putra sulungnya tersebut.

Tetapi ada yang tidak senang dengan rencana tersebut. Ibu tiri Rama, istri muda Raja Kosala, merasa anaknya, Barata, lebih berhak menjadi raja. Nasib malang menimpa pasangan muda tersebut. Melalui sebuah intrik yang licik, Rama dan Shinta justru terusir dari Ayodya. Mereka dibuang ke hutan rimba selama empat belas tahun. Barat, adik tiri Rama menjadi naik tahta. Raja Kosala yang menyesali situasi meninggal dalam kesedihan panjang.
***

Apa yang dilakukan Shinta atas semua penderitaan itu ? Aku bertanya. Hening.

Malam makin larut, suaraku mulai berat. Aku menatap sekeliling. Para pendengar setiaku sempurna terlelap semuanya. Padahal cerita ini bahkan belum dimulai.

Aku menghela nafas, suatu hari aku akan melanjutkan kisah ini, besok pendakian baru akan di mulai. Mau tidak mau, malam ini aku harus tertidur.

Selamat malam, semoga mimpi indah.

Tanganku menengadah keatas, membaca doa sebelum tidur. Angin berdesir seakan ikut mengucapkan kata “Aamiin.”

Senin, 22 April 2013

Taman Nasional Gunung Halimun - Salak, Jawa Barat.


ibu kita kartini .. puteri sejati
puteri indonesia .. harum namanya
ibu kita kartini .. pendekar bangsa
pendekar kaumnya untuk merdeka

wahai ibu kita kartini .. puteri yang mulia
sungguh besar cita-citanya
bagi Indonesia ..( Ibu kita kartini- WR Supratman)



Semuanya pasti tahu dong kalau 21 april yang lalu bangsa
Indonesia memperingati tanggal tersebut sebagai hari kartini.

Kalau tanggal 22 april ?

Gak tau ? kasian :(

Nah, tepat pada tanggal 22 april, Senator Amerika Serikat,
Gaylord Nelson (seorang pengajar lingkungan hidup) pada tahun 1970
mencanangkan 22 April sebagai hari bumi yang
dirancang untuk meningkatkan kesadaran dan apresiasi
terhadap planet yang ditinggali manusia ini yaitu bumi.

Kini hari bumi diperingati di lebih dari 175 negara dan
dikoordinasi secara global oleh Jaringan Hari Bumi (Earth Day Network)

Tahun ini, gue juga ikut merayakan hari bumi, sekaligus hari kartini
di Taman Nasional Gunung Halimun Salak.



Perayaan kali ini diisi dengan upacara peringatan hari kartini
di gunung salak, operasi kebersihan
dan penanaman 1000 pohon :)

hal yang pertama kali terpikir saat mendengar nama "gunung salak"
adalah peristiwa jatuhnya pesawat sukhoi beberapa waktu lalu.
masih ingat kan ?

awalnya gue takut dan urung pergi.

jadikan ini pelajaran,
Bunda Ully Sigar Rusadi bilang,
KETAKUTAN TERHADAP HAL YANG TIDAK PASTI AKAN MENGHALANGI LANGKAH
KITA UNTUK LEBIH MAJU.

Bunda Ully Sigar Rusadi, bundanya pencinta alam 

Akhirnya gue dan antek-antek pun berangkat ke taman nasional gunung halimun-salak.

part yang paling gue suka, pasang tendaaaa :)

sesulit apapun MEDAN yang ditempuh, MEDAN tetaplah di pulau Sumatera 




gue rasa perlu banyak kegiatan seperti ini.
At least, saat ini banyaaaaaak banget orang yang ngakunya cinta
lingkungan tapi justru cuek dan gak melakukan apa-apa buat memperbaiki lingkungannya.

padahal tindakan akan berkata 1000 kali lebih nyata daripada ucapan :(

hal lain yang bikin gue sedih adalah, gak di kota, gak di gunung sekalipun
sampah makin merajalela
lama-lama, beberapa tahun ke depan mungkin kita bakalan hidup di gundukan sampah :(

usaha pembersihan sampah di TNGHS


mulai sekarang yuk kita belajar mencintai lingkungan
minimal buat diri sendiri dulu deh

banyak kok cara yang bisa ditempuh, misalnya dengan hemat energi, dan meminimalisasi penggunaan
barang-barang yang sukar larut dengan tanah
terutama styrofoam .

tahukah guys ?
bahan lembut yang satu ini bahkan GAK BISA HANCUR SAMA SEKALI dan gak larut sama tanah :(

semoga di hari bumi tahun ini kita mulai cerdas mencintai dan menjaga lingkungan ;)
aamiin

karena kalau bukan kita yang menjaga bumi, siapa lagi ? ;)

-semoga bermanfaat-




Jumat, 19 April 2013

#19APRIL2013

HAPPY BIRTHDAY SUCI RACHMIATY my beloved brownies 





semoga di tahun ini mulai istiqomah sama hijabnya :)
semoga juga makin dewasa, makin kuat iman-islamnya, makin baik pemahamannya
jadi perempuan solehah penyelamat ibu-bapak
jadi sahabat baik yang dikenang di hati semuanya
jadi calon bidadari surga
aamiin :)

with a lot of love, Ra 




Ayu-Ratih-Suci-Tia-Nita

Rabu, 17 April 2013

your dreams is ON THE WAY :))

hujan. sore ini salah satu sahabat gue, bina, datang ke rumah.

pokoknya hari ini kita debat. pahami dan renungi baik-baik. siapa tau kalian ngalamin hal yang sama .
kurang lebih pembicaraannya seperti ini :

Bina : Ra, sabtu depan cabs yuk ? anterin gue cari baju di botani. kemaren gue liat kemeja lucuuuu banget.

Me  : Ih gue pengen banget banget banget bin, nganter lo. sumpah, tapi gue kan mau ikut pendakian ke gunung salak tanggal segitu.

Bina : Ngapain sih lo. Ra ? kayak orang gak ada kerjaan aja.

Me  : Ya gak apa-apa, kan itu cita-cita gue, gue pengen banget keliling Indonesia, kalo bisa keliling dunia, ngedaki gunung, diving ke dasar laut, ngajak bokap sama nyokap gue naik haji, sekolah diluar negeri..... *belum beres*

Bina ketawa ngakak .

Bina  : Ya ampun Ra, bocah banget lo sumpah. bedain dong yang namanya sekedar mimpi sama kenyataan. kebanyakan nonton film fantasi sih lo !

Me   : hehehe, iya deh, gue tau gue bukan siapa-siapa. yaa .. mana punya modal buat ngeraih itu semua.

Bina  : tuh lo tau .. huuu ... 

Me   : tapi gue punya sesuatu bin yang bisa jadi kekuatan gue. semangat . kemauan . gue sih yakin percaya kalo misalnya semua mimpi gue bakal tercapai pada waktunya. emang sih, gak ada yang bisa ngejamin,   tapi selama keyakinan itu masih ada, berarti kemungkinan itu juga ada.

Bina : tapi kan gak segampang itu juga ? banyak banget orang yang punya mimpi besar tapi gak tercapai tuh. mending yang realistis aja deh .

Me   : itu karena mereka nyerah di tengah jalan. padahal mereka bahkan gak tau kalau mimpi-mimpi mereka udah sangat dekat, cuma satu jengkal lagi dari kening. tapi mereka malah berbalik arah karena ngerasa mimpinya kejauhan dan gak realistis. pepatah "gantungkan cita-cita setinggi langit" itu dibuat sama para pemikir hebat loh, bukan cuap-cuap basi ibu-ibu arisan .
sekarang sih yang gue punya cuma semangat dan keyakinan kalo suatu saat cita-cita gue bakal tercapai, semisal gue nyerah di tengah jalan, gue juga bakalan habis kayak mereka. tapi gue janji kok, selama udara masih keluar dari hidung gue, gue gak akan nyerah.

Bina  : kalo lo mati sebelum mimpi-mimpi lo tercapai ?

Me   : gue salah apa sih sama lo bin ? -_-

Bina  : gue serius penasaran, ratiiiih ...

Me   : :] seenggaknya gue gak mati sebagai orang yang gak punya mimpi, orang yang hidup tapi gak punya cita-cita, itu sama aja kayak seonggok daging yang punya nama, gak punya makna.

Bina :  maksud lo gue cuma seonggok daging yang punya nama ? gitu ?

Me  : emang lo gak punya cita-cita ? mimpi ? 

Bina :  yaaa.. ada sih, gue pengen banget punya restaurant. jadi pengusaha gitu. tapi ya mana mungkin, gue kan bukan dari keluarga kaya, belom kerja, uang jajan juga pas-pasan.

Me   : ini nih yang gue bilang mental tempe, belom apa-apa aja udah nyerah, takut buat bercita-cita -_-

Bina  : terus gue mesti gimana ?? takdir kan udah ada yang ngatur, kalo gak tercapai ya gak tercapai aja.

Me   : wujudkan, jangan cuma jadi wacana ! tercapai atau enggak itu urusan belakangan. dalam perjalanannya lo pasti kok dapet pelajaran yang gak didapetin sama orang-orang pengecut yang gak berani punya mimpi.

Bina  : ada kalanya kan lo juga nyerah ?

Me   : enggak, kalaupun gue lagi di titik lelah, jenuh dan capek ngejar semua itu, gue cuma bakal berenti sebentar buat ngambil nafas, selonjoran, istirahat, terus gue bakal lari lagi.

Bina  : ngomong sih gampang, praktiknya yang susah .

Me    : lo aja kali bin -_-

Bina  : gimanapun juga gue gak akan bisa jadi pengusaha, jadi pengusaha tuh butuh modal gede. mana punya uang buat modal .

Me   : terus tadi lo ngajak gue beli kemeja bayar pake daun ?

Bina  : ........

Me   : mulai ubah pola pikir kita yuk, gue juga sama boros, pengennya nongkrong, jalan, shopping atau sekedar ngadem di cafe sama temen-temen, tapi sekarang gue mikir, kalo aja duitnya gue tabung buat ongkos cita-cita gue pasti lebih ada artinya.. gue bukannya sok bijak, cuma gue gak mau aja waktu muda gue yang penuh tenaga ini gak dimanfaatkan, waktu gak akan bisa diputer, gue gak mau nyesel. gue gak mau pas gue udah tua, renta dan gak bisa ngapa-ngapain baru deh gue mikirin cita-cita dan bilang .. "coba aja gue masih muda.."

Bina  : Ra ?

Me   : Iya .. ?

Bina  : gue gak jadi deh beli kemejanya .. hehe

Me   : Loh kenapa ?

Bina  : uangnya mau gue tabung aja, gue mau mulai hemat, ngumpulin modal buat usaha . hehe

Me   : nah.. gitu dong, gak selamanya kita hidup sama orangtua. ntar kan lo harus mandiri, persiapkan dari sekarang teruuus ntar kalo gue mampir ke resto lo bisa makan sepuasnya kan berarti ? hehe,

Bina  :  iya ra, makasih ya hehe . eh, lo jadi ikut pendakian nih berarti ?

Me   : Jadilah, kenapa ?

Bina    : gue ikut dooong, gue mau ngedaki gunung juga, mau keliling dunia juga, mau sekolah keluar negeri, ngajak bokap sama nyokap gue naik haji ... *belum beres*

Me     :  Yeeeee... itu kan cita-cita gue, kreatif dong !

Gue menimpuk Bina keras dengan bantal kursi di ruang tamu. :)))



Selasa, 16 April 2013

VIRUS invisible popcorn XD


 Jam pelajaran pertama.

Seperti biasa gue dan 4 antek-antek gue duduk berjejer, tapi kali ini kita gak duduk paling depan seperti biasa.

Apes, kita kebagian duduk rada belakang. Kalo udah gini biasanya gue udah gak mood buat belajar.

Kira-kira jam dua belas siang gue udah mulai bosen parah, ditambah mata kuliah kali ini 3 sks dan baru bubar sekitar jam setengah dua siang nanti.

Mau coret-coret, bosen.
Mau ngemil, ga bawa makanan.
Mau maen uno, takut diusir.

Gue celingukan liat kanan kiri, semuanya serius, beberapa manggut-manggut, entah ngerti atau ngantuk.

Dosen terus nyerocos  . kalo ibarat pepatah masuk kuping kanan keluar kuping kiri, ini semua pasal sama peraturan yang dicekokin ke kuping kanan gue bahkan gak bisa nembus sama sekali, mental keluar ruangan dan berjatuhan ke lantai satu.

Gue bukan tipe orang yang gak menghargai dosen, tapi metode pengajaran satu arah kayak gini bener-bener gak cocok sama gue, jadi bukan salah gue juga sih kalo gue lebih milih asyik sendiri sama benda-benda di sekitar gue.

Dan untuk mengatasi rasa jenuh, guepun mengembangkan daya khayal gue yang terkenal maha dahsyat.

Fokus. Fokus. Fokus. Gue memicingkan mata.

Tiba-tiba gue ada di ruangan gelap. Perlahan cahaya terang memaksa masuk. Tirai merah dibuka sedikit-sedikit.

Gue berdecak kagum.  Sebuah pertunjukan dimulai. Dosen gue yang sangar berkumis tiba-tiba hilang ditelan layar hitam yang menayangkan film-film komedi. Gue terus membayangkan film-film lucu yang pernah gue tonton diputar ulang dilayar besar itu.

Di dunia nyata, gue duduk santai sambil pura-pura makan popcorn, tangan kanan gue mulai mengambil jagung beledug khayalan itu satu persatu, memasukannya ke mulut lalu mengunyah nikmat sambil menikmati pertunjukan.

Gue cekikikan, temen-temen yang duduk dibelakang dan mayoritas kaum adam itu menatap gue dengan tatapan aneh. Gue gak begitu kenal sama anak laki-laki di kelas, jadi gue cuek aja ngunyah popcorn yang cuma bisa diliat sama mata batin ini.

Nita yang duduk di sebelah gue memandang curiga, “Lagi ngapain sih?” Dia mulai penasaran.

Gue tersenyum lebar, menyodorkan popcorn khayalan gue, “Mau popcorn?”

Nita kebingungan, menatap sekilas kedalam mata gue, lalu mengangguk setuju. Dia mulai ikut-ikutan menikmati invisible popcorn gue .

Awalnya satu. Lama-lama si Dior, temen gue yang maha bongsor ikut-ikutan juga.

Ditengah pertunjukan. Satu masalah terjadi, perut gue mulai keruyukan. Belum ketemu setetes airpun sejak pagi.

Ternyata invisible popcorn ini gak cukup bikin gue kenyang.

Gue, Nita, dan Ayu akhirnya memilih buat keluar kelas dulu, nyari makan.

Sekembalinya gue ke kelas pertunjukan hampir selesai. Mungkin aslinya sih dosen gue berhenti ngomong, entah karena capek atau udah gak kuat nahan busa yang keluar dari mulutnya.

Gue menatap takzim, tiga barisan paling belakang yang diisi kaum adam yang tadi menatap gue dengan tatapan aneh sekarang lagi duduk santai, menatap lurus-lurus ke depan, tangan mereka bergerak aneh seperti mengambil sesuatu, lalu memasukan ke dalem mulutnya, serentak.

Astagadragon. Percaya atau enggak mereka ikut-ikutan makan invisible popcorn. Mungkin ikut menikmati pertunjukan.

Beberapa bahkan ada yang sambil minum invisible drink juga.

Dengan kekuatan magis kelas ini udah gue ubah jadi gedung bioskop.

Gue ngakak sejadi-jadinya. Disusul tatapan killer dosen yang dari tadi merhatiin “dalang” dari tingkah laku anak-anak kelas ini.

Kayaknya beliau bakal ngamuk, terlebih tadi kita keluar lamaaaa banget.

Dosen melangkah ke arah gue . 

DEG.
Gue buru-buru memasang tampang memelas, senyum malu-malu kayak kucing yang mau disembelih.

Kepalang ga enak karena udah gue senyumin, akhirnya beliau malah senyum balik.

Nita menatap takjub kearah gue.

Gue mengedipkan sebelah mata, tertawa puas dalam hati.

TAMAT

Selasa, 09 April 2013

untitled


 “Ratih ?” panggil seorang ibu berusia 30-an yang sedang hamil tua .

Gadis yang sedang membenarkan tali sepatunya itu kemudian bangkit, menghampiri sumber suara. Ibu itu langsung mengulurkan tangannya.

“Selamat ya, tahun ini kamu juara umum . Nanti ada perpisahan kakak kelas di hotel *********, datang ya. Ada hadiah. ” kata ibu guru sebuah SMP swasta itu.

Gadis kelas 2 sekolah menengah pertama itu tersenyum, membalas uluran tangan gurunya tapi nampak tidak terlalu senang. Ia tahu, orangtuanya tidak akan datang.

@ Jalan Lembah Nyiur No.58

 “Ma, perpisahan nanti dateng dong.” Bujuk gadis itu. Besar harapannya ibunya akan datang.

“Ih gak bisa lah, mama ada acara di sekolah juga, ada akreditasi gak bisa ditinggal.”

Gadis itu mencelos, hatinya sedih tapi pura-pura tidak peduli. Ia mengambil sepotong brownies cokelat buatan tantenya, memasukannya dengan sadis ke dalam mulut.

“Papi bisa ?” Gadis itu sekarang merajuk ayahnya.

“Gimana nanti, ya kalo gak ada acara Insya Allah datang. Lagian itu acara perpisahan kakak kelas, nanti aja kalau kamu yang perpisahan.” Jawab ayahnya.

“Juara satu loh..hehe..” Gadis itu menyeringai, menggoda ayahnya, tapi ditanggapi pun sepertinya tidak.

“Loh ya kan bisa ambil rapot sendiri, dari SD juga bisa kan?” ayahnya bertanya.

Senyuman gadis itu terhenti. Ia memilih masuk ke kamarnya dan tidak menanyakan hal itu lagi.


5 tahun kemudian...
                Matahari baru saja terbit,  masih belum siap memulai hari yang cerah itu tapi seorang gadis justru sudah berpakaian rapi dengan kebaya cokelat. Rambutnya disanggul. Bibirnya diolesi lipgloss agar sedikit mengilap. Ia sedang ceria, hari itu hari besar buatnya. Hari ini perpisahan sekolah menengah atas digelar dan secara perdana film buatan ia dan beberapa temannya akan diputar di pertengahan acara. Gadis itu menghabiskan banyak waktunya untuk taking vocal, berharap nanti orangtuanya akan ikut menyaksikan film itu.
               
  Sepulang dari salon, ia pulang kerumah. Sepi. Tak ada tanda-tanda ayah dan ibunya bersiap-siap, padahal surat undangannya sudah ia tempel besar-besar di ruang tengah.
Tak lama, ibunya akhirnya keluar dari kamar, masih mengenakan daster. Gadis itu tercengang.
“Mama gak datang ?” Gadis itu kaget. Ibunya menggeleng. Disusul ayahnya yang keluar dengan muka geram. Gadis itu tahu, kedua orangtuanya pasti sedang berselisih paham.
                
Gadis itu tidak tahu masalah apa yang terjadi hari itu, tapi pikiran singkatnya mengatakan mereka berdebat soal siapa yang akan datang ke acara perpisahannya.  Tapi.. sepertinya lebih dari itu, sepertinya ada sesuatu yang lain. Gadis itu memilih untuk tidak mau tahu.
                
Untuk beberapa saat, gadis itu merajuk orangtuanya agar datang. Setelah sedikit perdebatan, mereka berdua akhirnya sepakat datang berdua.
                
Gadis itu mengambil posisi duduk di bangku belakang sebuah mobil berwarna merah. Ia membiarkan kedua orangtuanya duduk di depan. Berharap mereka mulai bicara baik-baik.
                
Setengah perjalanan, perdebatan makin hebat. Keduanya mulai saling berteriak, sesekali ia mendengar ibunya terisak. Gadis itu menggigit bibirnya, menahan airmata. Ia tidak ingin telihat cengeng.
                
Setetes air mata akhirnya jatuh. Ia menarik tusuk kondenya, membiarkan rambutnya yang disanggul rapi jatuh tergerai. Matanya sembab, make up-nya luntur. Ia sudah tidak perduli.
                
Gadis itu akhirnya angkat bicara, ikut berteriak. Ia rasa acara hebatnya sudah gagal. Ia hanya berharap menemukan tombol skip dan melewatkan hari itu dengan cepat.
                 
Beberapa teman gadis itu rupanya sudah menunggu digerbang. Asti langsung memeluk gadis yang baru saja turun dari mobil itu. Ibunya menyusul turun, mereka menyalaminya dengan santun.
               
 “Kok telat ?” tanya Asti.
            
 “Macet.” Jawab gadis itu singkat, lalu membalas pelukan Asti, Amey, dan yang lainnya.
           
 “Mata sembab ? Gak mau di make up lagi?” Asti menggoda. Ia ingat jelas bagaimana ratih menangis saat pemotretan buku tahunan karena tidak suka wajahnya dicemongi berbagai peralatan kosmetik.
          
 Gadis itu menyeka airmatanya, tersenyum singkat lalu mengajak semuanya masuk ke dalam. Sebelum masuk, ia menoleh ke belakang, menatap dengan nanar sebuah mobil berwarna merah yang meninggalkan gerbang. Jelas, ayahnya tidak akan datang.



Beberapa bulan kemudian..

                Gadis itu melangkah gontai kearah kampusnya. Ia merasa kurang sehat hari itu, padahal ia sudah melahap obat-obatan untuk meringankan sakitnya. Ia merasakan peluh dingin di leher dan kedua tangannya. Jantungnya mulai berdebar dengan cepat, mual menyeruak namun Ia mencoba terus menyaingi langkah Tia dan Rere yang berjalan di depannya.
                
Gadis itu menahan bagian perutnya yang tiba-tiba ngilu dengan kedua tanagannya. Ia membiarkan kedua temannya berjalan terlebih dulu. Ia meringis.. kemudian ia bahkan tidak tahu lagi apa yang terjadi.
@RS PMI Bogor
                
Gadis itu membuka matanya pelan-pelan. Matanya kabur seperti dipenuhi sarang laba-laba. Beberapa alat rekam jantung terpasang di dadanya. Ia mengedarkan pandang ke sekeliling. Ruangan ramai . Banyak sekali orang-orang. Ada perawat, teman-teman kampus, teman-teman ESGRIM, teman-teman UKM bahkan teman SMP yang sudah lama tak bertemu ikut datang menjenguk.
                
Gadis itu barulah sadar, sesuatu terjadi padanya siang tadi. Tapi ia begitu lemah untuk berpikir. Kata terakhir yang ia ingat adalah ia berkata, ia ingin pulang ke rumah.


@ Jalan Lembah Nyiur.
               
 Permintaan gadis itu dipenuhi. Sepertinya ia sudah tertidur terlalu lama sehingga ia tidak sadar ia sudah ada dirumah.
                
Dini hari. Gadis itu bangkit dari tempat tidur ibunya, semalaman sepertinya gadis itu tidur di kamar orangtuanya. Kepalanya berat, tapi ia rasanya ingin buang air kecil. Ia melangkah dengan hati-hati ke toilet, dengan sedikit membungkuk, karena untuk berjalan tegap, ia masih merasa ngilu.
                
Tidak lama, sakit itu datang lagi. Ia mulai memuntahkan isi perutnya yang kosong sejak kemarin siang. Entah apa yang ia muntahkan, namun jelas rasanya pahit. Tangannya bergetar lemas memegang kunci toilet, mencoba membuka pintunya namun sekarang sakitnya ditambah di bagian dada.
                
Ia mencoba sekuat tenaga membuka kunci pintu, akhirnya terbuka, namun kakinya terantuk ke lantai,  ia tahu, ia tidak bertenaga lagi.
               
Ia tidak ingat kejadian selanjutnya, namun saat ia bangun ..
               
Ia berada di sebuah mobil berwarna merah. Ia mendengar ayahnya agak berteriak, panik.  Sesekali ibunya terisak, menangis.
                
Gadis itu mencoba menerjemahkan apa yang terjadi. Apakah kedua orangtuanya bertengkar lagi?  Ia menatap ke dalam mata ibunya. Ia mendapati ibunya mendekapnya hangat di bangku belakang. Ibunya membisikan ayat-ayat suci di telinga gadis itu, Ayahnya meminta gadis itu bertahan, kuat, “sebentar lagi kita sampai dirumah sakit.”, katanya.
                
Gadis itu selamat. Ia berusaha mengabulkan permintaan ayahnya. Sejak saat itu, ayahnya tak pernah lagi membiarkan permintaan gadis itu tidak terpenuhi.
                
Meskipun tidak semua keinginanmu terpenuhi, gadis itu sangat berharap kau tetap setia mengabulkan seluruh keinginan orangtuamu.







Jumat, 05 April 2013

a crazy little thing called "friendship"


ini tangan sih sebenernya, bukan gundukan rongsok.

hari ini gue dan 4 sahabat satu kelas gue beli gelang persahabatan .
okay gue tau ini norak dan so old school banget .
tapi .. gue rasa gelang ini bakal bermanfaat buat kita berlima, yakin.

setelah jadwal kerja gue teratur, gue memutuskan untuk enggak jadi makhluk nomaden lagi yang gak punya kelas tetap karena harus masuk kelas yang berbeda setiap minggu (mengikuti jadwal kerja), tentu dengan temen-temen yang selalu beda pula . hal ini bikin gue jadi "anak ilang" karena selalu jalan sendirian dan enggak bener-bener deket sama temen sekelas.

guepun akhirnya terdampar dan menetap di kelas CD.

satu hal yang pernah gue pelajari,
dimanapun berada, jangan berusaha bikin orang lain buat tertarik sama lo, tapi mulailah buat tertarik dengan orang lain. maka persahabatan adalah sesuatu yang mengikuti di belakangnya.

enggak lama, entah gimana ceritanya . guepun jadi deket sama anak-anak ini ..

@tia_zatia
Yang pertama namanya Tia. Dia satu-satunya anak yang ngekost karena rumahnya lumayan jauh dari kampus, yaitu di daerah Cipanas-Cianjur. IP terakhirnya 4, keluaran pesantren.
Percaya atau enggak, cewek berhijab ini seorang vespa lover, obesesinya adalah ngumpulin foto vespa yang dia temuin dan baru mau balikan sama mantan pacarnya kalo dia udah ngumpulin 100 foto vespa yang berbeda, dan harus dia jepret sendiri. jadi kalo kita lagi jalan dan dia tiba-tiba ngilang, kita gak perlu panik karena dia pasti dengan mudah bisa ditemukan di basement atau parkiran.





gasuka medsoc
Yang kedua, namanya Suci . Anti media social .
Jangan biarkan dia kepanasan sedikitpun karena dalam sekejap badannya bisa langsung basah kuyup.
Dia selalu meyakinkan diri kalo nothing wrong with her body, tapi gue rasa dia adalah orang paling mudah bekeringat yang pernah gue kenal.
Anehnya, badannya enggak bener-bener kurus walaupun selalu keringetan. Gue udah pernah ngingetin buat periksa ke dokter, takutnya bukan lemak yang terbakar tapi otaknya. Sayangnya, dia gak mau denger.




@Nita_Slavia
Yang ini namanya Nita . Makannya paling banyak, tapi badannya paling kurus.
Kemana-mana pake kaus kaki. Dia SELALU duduk di belakang gue dan entah kenapa, tiap kali ada dosen yang nyebut kata "pacaran" atau "jomblo" dsb. dia selalu ngelus punggung gue, itu benar-benar menarik perhatian seisi kelas -_-



@nugrayusari

Yang terakhir namanya Ayu. Tampangnya jutek banget, asli . tapi hatinya chibi-chibi .
Kita pernah nganter dia beli kipas, dan sejak saat itu sampai sekarang walaupun kipasnya udah lecet disana-sini, dia tetep nyebut kipasnya dengan sebutan "kipas baru". 

Dan peran gue sendiri udah jelas, tetep sebagai gadis manis yang menggemaskan. Gue selalu dateng paling awal . Hafal NPM ( nomor pokok mahasiswa ) dan tanda tangan mereka berempat buat jaga-jaga. Gue rasa mereka beruntung punya sahabat semacam gue.

Oh iya, seseorang pernah bilang ..
Cinta ada karena terbiasa .
Mungkin pepatah ini ada benarnya juga.

tiap hari kita ngabisin waktu bareng, lama-lama gue makin jatuh cinta sama mereka.

sesekali di waktu senggang kita kadang maen monopoly bareng . fyi, gue selalu jadi pemenang kalo maen sama mereka.
gue kasih tau satu hal, maen monopoly lawan mereka bukanlah hal yang sulit.
lo cuma perlu duduk di deket BANK dan pastikan tumpukan uang pecahan 100.000 berada tepat di samping lo. kalo sewaktu-waktu butuh, lo tinggal ambil selembar demi selembar dengan hati-hati.
tapi ...
suatu saat gue ketauan, dan gue harus kena imbasnya mendekam di penjara monopoly selama 3 putaran. sebagai mahasiswi hukum, gue merasa gagal.



gue gak bermaksud riya loh ya,
tapi satu hal yang paling gue suka .. tiap hari kita solat bareng, berjamaah.
imamnya gilir-giliran :")

naaaaaah,
sebenernya gelang yang kita beli tadi itu bukan gelang biasa.
kalo dihitung, jumlah batunya ada 33, seperti tasbih. so, habis solat kita bisa dzikir bareng dan berdo'a supaya Allah melanggengkan persahabatan kita :")

Aamiin



Rabu, 03 April 2013

Kampung Naga, Tasikmalaya, Jawa Barat.


Kali ini kaki gue berhenti di sebuah tempat maha menakjubkan di tanah air sendiri, Indonesia.

Selama 3 hari gue melakukan perjalanan hebat, tapi sebelumnya gue bakal kenalin dulu para pelancong dan petualang yang menemani perjalanan gue kali ini .


Yang pertama @AnelhilangElsha ( belakangan sepertinya ganti username twitter jadi @ElshaSLSR )  , biasanya di panggil Echa . Mahasiswi akademi kebidanan ini sering banget dijadiin “kompas berjalan”. Selama ada dia, kita gak perlu takut nyasar karena dia selalu bisa jadi penunjuk jalan yang tepat, walaupun dengan modal nekat dan sok tau .




Ini  @ulilkulily, tapi bisa dipanggil mumu . Orangnya suka banget ketawa, apa aja diketawain, bahkan ngeliat anak kecil diterkam hiu ompong pun dia masih bisa ketawa ngakak. Mumu ini orangnya gak neko-neko, tapi juga ga connect-connect, jadi sampai detik ini, cuma Simsimi yang kuat ngobrol sama mumu.






Yang ketiga, @NisrinaFirdaus , walaupun badannya yang paling gede, kita tetep harus manggil dia dengan sebutan “dede” . Diantara kita semua, dede ini yang tinggalnya paling jauh, di Bantul, Yogyakarta.  Dia ngekost dan kuliah disana. Gue pernah baca sebuah tweet dari akun salah satu sahabat terbaik gue @Satrio1210, dia bilang .. gak semua anak kost menderita kok . Dengan melihat postur dede, gue rasa teori dia ada benernya juga .





Sekarang giliran kaum adam nih, yang ini namanya Rainal. Sampe sekarang akun twitternya masih dalam penyelidikan petugas. Dia ini satu-satunya petualang yang punya pacar, dan mesti ngabarin pacarnya tiap 3 menit sekali, serius. 





Kalo yang ini @riezadventure. Let’s call him “ebe” . Si ebe ini udah jadi cokiber (cowok kita bersama) yang selalu rela dimintain tolong bawain barang-barang ataupun logistik travelling kita, asalkan pake mantra .. “kita kan perempuan be.. :’) ”






Yang terakhir gak perlu perkenalan lagi, ini makhluk paling unyuh sepanjang masa, @rapspoctavia. Namanya ratih, tapi boleh dipanggil “sayang” kok :”) hehe . Hobinya menabung dan membantu ibu . Anaknya manis gak ketulungan, sampe-sampe di dalem telinganya ada sarang semut .


NAH,
Tujuan kita kali ini adalah Kampung Naga, sebuah kampung dengan adat dan budaya yang masih kental di Desa Negalasari, Kecamatan Salawu, Tasikmalaya, Jawa Barat.








Awalnya disana gue pikir gue bisa menemukan sejenis kadal raksasa dengan api yang keluar dari mulutnya, sayangnya dugaan gue salah besar L

Fyi, Kampung Naga berasal dari kata Nagawir (dalam bahasa Sunda) yang artinya di tebing/jurang . Yaaaaps. Jadi kampung seluas 1,5 H ini terletak persis nyaris seperti berada di dalam jurang. Untuk mencapai kesana, kita setidaknya harus menuruni 439 anak tangga. Buat yang mau gedein betis, datang kesini bisa jadi salah satu alternatif selain nge-gym di fitness center.


Disana, kita tinggal di rumah salah seorang penduduk asli warga kampung naga bernama ibu Een, beliau baaaaik banget, ibu Een ini yang ngajarin kita mengenai sosial dan budaya di kampung Naga.


Sebagian besar penduduk asli disini sayangnya gak lancar berbahasa Indonesia, karena bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa Sunda, tapi buat orang luar yang mau berkunjung, jangan khawatir, karena disini ada pemandu yang siap jadi translater kita buat berkomunikasi sama warga kampung naga.


Mata pencaharian warga kampung naga adalah petani dan pembuat kerajinan. Jadi disini kita bisa liat aktivitas pedesaan yang sulit kita temuin di kota-kota besar kayak menumbuk padi, menggembalakan ternak dan membuat anyaman rotan.


Jangan harap bisa nemuin anak-anak warga kampung naga yang lagi sibuk sama gadget-nya kayak keponakan-keponakan kita sekarang. Disini semua permainan bener-bener tradisional. Mereka bahkan gak nonton tv, karena yaaaps, LISTRIK DILARANG DI TEMPAT INI.



Serius, demi menjaga keaslian bentuk bangunan dan budaya disini, para penduduk rela buat enggak ikut menikmati fasilitas listrik bahkan yang ditawarkan pemerintah. Ada benernya juga sih, karena sekitar 113 rumah disini terbuat dari kayu, rotan, bambu, injuk dan bahan-bahan lain yang mudah terbakar.

Tapi percaya deh, tidur di dalam rumah kayu dengan hanya diterangi petromak itu punya kesan tersendiri.

Oh iya, satu lagi yang mesti kalian tahu bahwa disini nggak ada kamar mandi di dalam rumah. Yang dimaksud toilet disini adalah sebuah sungai yang dipakai bersama oleh para warga sebagai tempat MCK dan untuk menuju kesana, kita mesti menaiki batu-batu besar sebagai undakan tangga.

Gue salut sama kepatuhan warga sama ketua adat disini. Pemimpin yang bahkan gak dipilih secara formal ini sangat dihormati penduduk. Semua  aturan adat sejak berdirinya kampung Naga belum pernah dilanggar. Berdasarkan info dari salah seorang warga, gue mecatat beberapa aturan pokok adat di tempat ini, diantaranya :
1.      - Larangan memasuki kawasan hutan keramat. Jangan berpikiran bahwa hutan ini dipakai untuk pemujaan atau sebagainya, karena warga asli kampung Naga 100% islam kok J

2.       -Larangan menceritakan sejarah kampung naga pada hari yang dianggap tabu, yakni selasa, rabu dan sabtu. Meskipun begitu, sebenarnya warga kampung Naga yang sekarang tinggal kurang tahu jelas sejarah kampung ini, karena pada 1956 dulu, kampung naga dibakar oleh DI TII sehingga catatan sejarah yang ditulis leluhur ikut terbakar L so bad L

Selama disini, gue banyak belajar hidup sederhana , bersahaja dan yang paling utama adalah belajar mencintai budaya sendiri.
Ternyata, Indonesia ini maha kaya dengan budaya dan keindahan alamnya. Sayangnya, gak banyak anak bangsa yang mau menikmati, apalagi ikut melestarikan. Gue harap sih semoga mulai banyak generasi muda yang tertarik buat menjelajahi indahnya budaya negeri sendiri .

semoga bermanfaat :)